Dalam dunia politik yang semakin dipengaruhi oleh tren media sosial, citra dan kemasan pesan sering kali menjadi senjata utama yang mengalahkan substansi dan visi. Fenomena "politik gemoy" muncul sebagai strategi komunikasi yang menonjolkan sisi manis, lucu, dan menggemaskan para politisi untuk menarik perhatian publik, terutama pemilih dengan tingkat literasi politik yang rendah. Istilah "gemoy," plesetan dari kata gemas atau menggemaskan, populer di kalangan anak muda dan pengguna media sosial. Fenomena ini bahkan sempat melekat pada figur Prabowo Subianto, yang dianggap "gemoy" karena postur tubuh sintalnya dan kebiasaan berjoget dalam beberapa acara publik. Namun, apakah strategi ini benar-benar efektif meningkatkan keterlibatan politik, atau sekadar cara murahan untuk mengelabui pemilih?
KEMBALI KE ARTIKEL