Lantas, aku bisa apa?
Aku meraung, tersedu
Mencekam dada hingga sakitnya menjadi nyata
Pemilik bentala ingin bertemu lebih cepat
Sedang nala masih tak kuat mencerna kepergianmu,
Langkah-langkah kami masih begitu payah, goyah, seringkali tersekat
Cinta itu seringkali menyalahi diri-Mu
Pemilik bentala lebih menginginkanmu
Engkau dibawa jauh dari pekiknya dunia
Sedang aku terengah-engah, tak bisa apa-apa atas kehilanganmu
Tapi aku tahu, pemilik bentala menyukai doa
Pemilik bentala mencintai doa-doa
Doa-doa yang resah
Doa-doa yang digenangi air mata
Doa-doa yang antusias dan riuh
Sekarang, bentala adalah engkau
Dan engkau menjadi pengingat diantara kelalaian-kelalaian kami