Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kenapa Menjadi Jago Kandang Tidak Selamanya Buruk?

10 September 2024   10:50 Diperbarui: 10 September 2024   11:18 115 0
Seratus lima puluh tahun lalu, ketika Paris merupakan pusat dunia seni, sekelompok pelukis biasa berkumpul tiap malam di Cafe Guerbois, di kawasan Batignolles. Pemimpinnya Edouard Manet. Dia salah seorang yang paling tua dan mapan di kelompok itu, laki-laki tampan dan ramah berumur awal tiga puluhan yang berpakaian sesuai mode terbaru dan memukau semua yang berada di sekitarnya dengan energi dan rasa humornya. Sahabat baik Manet ialah Edgar Degas. Dia adalah satu dari sedikit orang yang dapat menandingi akal Manet; keduanya sama-sama penuh semangat dan berlidah tajam, dan kadang terlibat pertengkaran sengit. Paul Cezanne, jangkung dan kasar, datang dan duduk merengut di pojok, celana panjangnya ditahan tali. "Aku tak menawarkan bantuan," kata Cezanne ke Manet suatu kali, sebelum duduk sendirian. "Aku sudah delapan hari tidak mandi." Claude Monet, yang asyik dengan dirinya sendiri dan berkemauan keras, merupakan putra seorang pedagang sayur yang tak mendapat pendidikan sebagaimana yang lain. Sahabat terbaiknya adalah si "gelandangan santai" Pierre-Auguste Renoir, yang selama persahabatannya melukis delapan potret Monet. Kompas moral kelompok itu adalah Camille Pissarro: sangat politis, setia, dan berprinsip. Bahkan Cezanne-manusia yang paling rewel dan terasing-suka Pissarro. Bertahun-tahun kemudian, dia mengaku sebagai "Cezanne, murid Pissarro".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun