Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Andai Hari Itu Aku Tidak Bolos

31 Oktober 2023   22:18 Diperbarui: 31 Oktober 2023   22:30 134 0
Aku menyesal bolos sekolah hari itu, bu

'Bunda hari ini aku tidak mau pergi ke sekolahh"

Begitu teriak si kecil yang saat itu ia duduk di Sekolah Dasar kelas V. Akupun menerawang. Teringat saat usiaku kelas V SD.

Itu 26 tahun yang lalu,teringat ayah mengantarkan ku ke sekolah pagi itu, padahal mataku masih mengantuk. 

Sekolah Dasar itu tidak jauh dari rumahku semua anak seusiaku dimasukkan ke sana.

Namun aku ingat hanya beberapa hari saja aku rajin ke sekolah, susah bagiku untuk memahami pelajaran di sana.Aku pun menghabiskan waktu bersama Lanang temanku.

Masih teringat olehku kami berdua seusia namun,sekolah kami berbeda.

Suatu hari di musim buah seperti buah rambutan dan buah jeruk kami bolos sekolah pada hari itu.

Langkah kami berdua pasti menuju kebun buah tersebut kami terus berjalan sambil bercerita,tiba di bawah pohon kami tersenyum begitu banyak buahnya.

Kami berdua asyik memungut buah itu, baju kami dijadikan sebagai gendongan kami.

200 m lagi berjalan dan sampailah di bawah pohon jeruk. "Lanang !!" teriak Dimas "aku dapat Jeruknya"katanya sambil berteriak kepadaku kulihat buah jeruk yang segar di telapak tangannya,wajah dia begitu bahagia.

"Aku belum dapat satupun Bima. Sepertinya kita terlambat datang ke sini "kataku dengan nada sedih "kita lanjut ke kebun rambutan saja ya" ajakku.

Kami pun berjalan sejauh 300 meter lagi untuk sampai ke kebun rambutan kami pun sampai di tepi sawah di samping sawah ada sungai kami pun merendahkan kaki sebentar di sana.

Kami pun lanjut menuju sawah- sawah yang di tepinya banyak batu-batuan yang membuat kami susah berjalan.

Setelah melewati sawah cukup lama kami pun sampai di depan kebun rambutan, tampak rambutan yang kemerahan.

Semakin mendekat, kami melihat betapa segarnya buah tersebut.

Mereka berdua berlari menuju pohon rambutan sambil melihat pemandangan indah dan terlihat buah yang segar-segar.

Lanang buahnya segar-segar, "Aku ingin mengambilnya!" Teriak Bima. Terlihat ia ingin memakan rambutan itu. 

Hei kalian mencuri ya? Teriak seorang paman di sana. Kami sungguh ketakutan mendengar teriakan itu.

Ku lihat wajah lanang yang ketakutan dan tegang , ia pun menangis. Melihat dia menangis aku pun ikut menangis.

Paman itu membawa ku dengan lanang ke pondok kecil, tepatnya di tengah sawah itu.

Kami pun di hukumnya dengan mengurung kami di dalam pondok itu, " Kecil- kecil sudah mencuri" Saya akan kurung kalian berdua di sini sampai orang tua kalian datang, ucapnya.

Aku dimarahi dan di hukum ayah selepas kejadian itu, mungkin paman itu mengenali ayahku dan menciratakn semuanya. Aku juga baru mengetahui bahwa dia orang baru di kampungku.

Keluarga mereka baru pindah dari Magelang. Mereka tidak begitu akrab dengan warga sekitar, hanya saja sesekali bercengkrama dengan ayahku.

Akupun merasa kasihan melihat Lanang yang masih menangis. Akupun menyesal mengajaknya pergi ke kebun itu dan bolos sekolah hari ini.

Di sebrang sana ku lihat ayah berbincang dengan pemilik kebun. Beliau menuju ke arah kami.

Beliau menghampiriku dan Lanang dengan tatapan yang tajam.
Selama di perjalanan pulang kami beritiga diam membisu sambil memikirkan nasib sesampai di rumah.

Aduhh, ayah aku menyesal bolos sekolah hari ini. Sungguh aku menysal, ayah! Maafkan aku ayah. Hari ini kutatap pula wajah si kecil itu, sambil memikirkan penyesalan sewaktu itu.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun