Hal ini dapat menyebabkan Indonesia menjadi negara yang tertinggal di bandingkan negara lainnya. Ketertinggalan ini bisa membuat kemunduran bagi negara Indonesia jika tingkat literasi masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan banyak siswa ataupun mahasiswa menggunakan teknologi digital seperti AI untuk mengerjakan tugas dan skripsi mereka tanpa mengolah informasi yang mereka peroleh. Menurut RUBICNEWS.COM  Belakangan ini joki tugas dan skripsi semakin marak terjadi dan sering menjadi alternatif para pelajar hingga mahasiswa untuk menyelesaikan tugasnya Dengan kemajuan teknologi digital seperti AI kita bisa memperoleh informasi yang kita inginkan. Namun, kita sebagai mahasiswa kurang memanfaatkan kemajuan teknologi AI untuk menyerap informasi yang di peroleh dari AI. Menurut tirto.id mahasiswa semester enam di wilayah Jabodetabek, juga mengatakan kalau pengerjaan tugas memanfaatkan perangkat AI adalah hal yang lumrah. Mahasiswa kebanyakan hanya copy paste informasi dari AI tanpa menyerap informasi yang di peroleh. Jika di bandingkan dengan mahasiswa di negara maju seperti Finlandia sebagai negara literat dan terpelajar. Sistem pendidikan negara maju seperti Finlandia didorong untuk membudayakan membaca secara turun temurun dengan akses perpustakaan di mana mana sehingga tidak ada alasan tidak sempat untuk membaca.
Fenomena mengenai minimnya literasi di kalangan mahasiswa saat ini sudah semakin jelas, mereka lebih menyukai hal hal yang praktis. kebanyakan mahasiswa lebih senang membaca caption di media sosial di banding membaca buku. Mereka juga lebih tertarik memperoleh informasi yang instan  seperti gambar atau video melalui media sosial seperti tiktok, Instagram, twitter dan youtube. Tidak sama hal nya seperti dulu yang memperoleh informasi dari koran ataupun majalah
Faktor minimnya budaya literasi di kalangan mahasiswa ini di sebabkan karena kebiasaan mahasiswa mengakses media sosial yang membuat mahasiswa malas untuk melakukan kegiatan yang tidak praktis seperti membaca buku. Kemajuan teknologi dan kemudahan akses keluar masuknya informasi perlu di perhatikan kebenarannya namun tidak jarang mahasiswa sangat jarang untuk menganalisis dan mengolah informasi yang diperoleh sehingga  informasi yang di peroleh tidak dapat di salurkan dengan baik yang menyebabkan kesalah pahaman dikarenakan minim literasi dalam memahami informasi yang diperoleh. " kutu buku " julukan untuk orang yang senang membaca buku dan menelaah buku di mana saja yang di anggap aneh. Di kalangan mahasiswa, anak yang rajin membaca buku justru di anggap remeh karena di anggap mahasiswa kurang gaul. Ini lah juga yang berdampak buruk pada sistem pendidikan di Indonesia yang menjurus ke rendahnya budaya literasi. Jadi, kita bisa melihat saja fakta di kalangan mahasiswa yang mempunyai buku saja belum tentu membaca keseluruhan buku nya. menurut mereka hal itu membuat bosan dan berat untuk di lakukan. maka dari itu, kita harus menyadari budaya literasi sangat penting di tingkatkan walaupun meningkatkan budaya literasi tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. di butuhkan kesadaran mahasiswa untuk meningkatkan budaya literasi agar negara kita bisa menduduki posisi sama dengan negara maju.
Jadi untuk mengatasi masalah ini  kita sebagai mahasiswa harus melek literasi agar menjadi generasi yang bisa lebih dari generasi - generasi yang berada di negara berkembang seperti Amerika Serikat, Jepang dan Finlandia. Cara yang bisa di lakukan mahasiswa agar membaca adalah sebuah kebiasaan yaitu mengubah mindset bahwa tiada hari tanpa membaca buku dengan mengoleksi buku -- buku dari hal yang di senangi misalnya jika senang memasak koleksi buku -- buku resep masakan. Jika  Langkah itu sudah menjadi sebuah habbit dalam diri kita kembangkan dengan koleksi buku lain tanamkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri. Selain itu, diskusi bersama teman  adalah hal seru yang bisa dilakukan dengan cara bertukar informasi sesuai dengan buku yang di baca. Ubah kebiasaan memperoleh info media sosial yang darinya hanya sekedar di tonton lalu di skip lebih baik jika menganalisis masalah tersebut dan belajar mencari solusinya. Di samping memperoleh informasi dari media sosial kita juga bisa membaca artikel berita dan jurnal untuk memperluas wawasan kita, agar kita bisa lebih menguasai banyak kosa kata. Selain itu membentuk atau bergabung di komunitas literasi bisa membantu membangun kebiasaan membaca. Yang lebih penting lagi tidak membiasakan diri bergantung pada hal hal praktis, sebagai mahasiswa kita harus lebih bijak dalam menggunakan kemajuan teknologi.
 Literasi itu kunci untuk membuka jendela dunia, saatnya mahasiswa harus keluar dari zona nyaman dan mulai membangun kebiasaan membaca. Tanpa literasi yang kuat generasi muda tidak akan mampu memenuhi visi Indonesi emas 2045. Sebab krisis literasi di kalangan mahasiswa ini adalah ancaman nyata yang harus segera di atasi. Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita besar yang membutuhkan generasi muda dengan pemikiran kritis, inovatif, dan berwawasan luas. Oleh karena