Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

4 Do-Re-Mi-Fa

19 Mei 2015   19:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 47 5
Asti, Dina, Nisa, dan Rina adalah 4 cewek yang bersahabat sejak pertama masuk kuliah. Asti dan Nisa yang terlebih dulu bersahabat sewaktu mereka masih SMA. Saat menjalani masa ospek, mereka pun saling berkenalan satu sama lain dan dari situlah awal mula keakraban mereka terjalin hingga mereka menjadi sahabat sampai sekarang. Keakraban mereka pun makin erat karena mereka berada di jurusan yang sama . Mereka juga selalu menghabiskan waktu bersama. Ke manapun mereka pergi, mereka selalu berempat. Uniknya mereka memiliki tinggi badan yang jika diurutkan (Asti, Dina, Rina, dan Nisa) maka akan membentuk seperti sebuah tangga nada Do-Re-Mi-Fa. Oleh karena itu, mereka dijuluki 4 Do-Re-Mi-Fa. Mendapat julukan seperti itu, mereka tidak marah apalagi membenci orang-orang yang memanggil mereka dengan sebutan itu, mereka justru senang dan mereka santai saja dengan julukan yang diberikan kepada mereka. “Biarin aja mereka mau ngasih julukan apa ke kita, toh bukan kita yang rugi” kata Asti saat itu. Keunikan lain yang mereka miliki adalah mereka lahir di tanggal yang sama tetapi bulan yang berbeda, Asti di bulan Januari, Dina di bulan Februari, Nisa di bulan Maret, dan Rina di bulan April. Mereka juga mempunyai hobi yang sama yaitu mendengarkan musik dan bernyanyi. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Tapi kekompakan itu tidak bertahan lama. Sebulan, 2 bulan, persahabatan mereka baik-baik saja hingga memasuki bulan ke 6, hubungan persahabatan mereka mulai goyah. Entah apa yang menjadi penyebab goyahnya persahabatan mereka, tapi salah satu di antara mereka yaitu Rina, seperti menyimpan sesuatu dari ketiga sahabatnya karena dia sering menghindar jika ditanya dan parahnya lagi dia sering bolos kuliah. Kecurigaan itu makin kuat ketika Rina minta izin karena ada hal penting yang harus dia selesaikan. “Eh, si Rina kenapa sih? Kok tadi keliatan buru-buru banget”, Dina bertanya kepada kedua sahabatnya. Nisa menjawab, “Gak tau, tuh anak makin lama makin sering bolos yah”. “Mungkin dia ada masalah”, kata Asti yang dikenal paling bijak di antara mereka berempat. “Ada masalah tapi kok gak pernah cerita ke kita, kita kan sahabatnya, emang dia nganggap kita apa”, Nisa menambahi. “Yaa, gak semua masalahnya harus kita tau, Nis”, Asti menjawab. “Ya udah, bentar pulang kuliah kita ke rumahnya aja deh, gimana?”. “Oke, gue setuju”, kata Nisa dan Asti serempak. Setelah mata kuliah terakhir selesai, mereka pun langsung menuju rumah Rina. Ting Tong, Ting Tong. “Rinaa.. gue, Asti sama Nisa dateng nih!”, teriak Dina. “Eh ngapain lo teriak-teriak kayak ibu-ibu keserempet gitu, sopan dikit neng, emangnya ini rumah nenek lo”, Dina cuma manyun gara-gara dimarahi Asti. Tak lama kemudian pintu rumah Rina pun terbuka, mereka bertiga kaget, bukan karena siapa yang membukakan pintu tapi mereka kaget karena apa yang mereka lihat, wajah Rina pucat dan di bawah matanya terdapat garis hitam yang menandakan bahwa Rina kurang istirahat. “Eh kalian, masuk,masuk” Rina tersenyum sambil mempersilakan sahabat-sahabatnya masuk. “Lo kenapa, Rin?”, Dina membuka percakapan saat mereka tiba di ruang tamu. “Ah? Gue? Gu..gue gak papa kok, gue baik-baik aja”, Rina menjawab. “Lo bohong, mana ada orang baik-baik tapi mukanya pucat gitu”, Dina menambahkan. Asti pun mulai angkat bicara, “Rin, lo kenapa? Belakangan ini lo sering banget bolos kuliah. Lo ada masalah? Kalo kita boleh tau, lo ada masalah apa? Siapa tau kita bisa bantu, dan lagi kita siap kok dengerin curhatan lo, yah itupun kalo lo mau cerita sih”. Rina menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan tapi terdengar sangat berat. “Mmm... sebenernya, ini tentang ayah sama ibuku. Mereka sering bertengkar, itu sebabnya gue sering bolos kuliah. Gue selalu khawatir ibu kenapa-napa. Dan hari ini gue minta izin karena ibu nelfon gue dan ibu bilang ibu bertengkar lagi dengan ayah tapi kali ini pertengkaran mereka gak seperti biasanya, ayah bahkan memukuli ibu dan ibu bilang tadi ayah pergi bawa koper gede, ibu nelfon sambil nangis makanya gue buru-buru pulang, gue takut sesuatu terjadi sama ibu. Gue minta maaf karena gak pernah cerita ke kalian, soalnya gue gak mau ngerepotin kalian”, Rina bercerita panjang lebar dengan air mata yang mengalir deras. “Ya ampun Rin, kita itu sahabat dan kita juga gak pernah ngerasa direpotkan sama lo, iya gak Din, Nis?”, jawab Asti meminta jawaban dari kedua sahabatnya. “Iya Rin, kita itu sahabat lo, kita itu bakalan selalu ada buat lo. Lo jangan pernah ngerasa sendiri dan lo juga gak boleh simpan masalah lo sendirian, kalo kita bisa bantu kenapa nggak?” jawab Dina. “Iyaa Rin, lo masih punya kita kok. Eh, tumben kata-kata lo bijak, Din”, Nisa menambahi. “Yee, emang Asti doang yang bisa ngeluarin kata-kata bijak, gue juga bisa kalii”,jawab Dina. “Eh, ngapain lo sebut-sebut nama gue”, Asti yang mendengar namanya disebut mulai angkat bicara. “Yee, sensi amat sih lu. Gue Cuma bercanda, beib”, elak Dina sambil cengengesan. Rina dan Nisa tertawa bersama melihat kelakuan kedua sahabatnya yang kalau bertemu selalu bertengkar. “Rin, ngomong-ngomong ibu lo mana?”, tanya Nisa. “Ibu ada di kamar lagi istirahat”. “Oh ya udah, kalo gitu kita bertiga pamit pulang deh, udah sore juga, ntar gue dicariin nyokap lagi”, kata Nisa. “Oh ya udah, makasih yah kalian udah datang jauh-jauh ke sini buat nyemangatin gue”, jawab Rina. “Iya sama-sama kita juga seneng kok bisa ngehibur lo. Oh ya, lo jangan lupa makan trus istirahat, jaga kesehatan lo, jangan sampai lo sakit. Kan kalo lo gak ada, kita bertiga kesepian”. “Hahahaha... iya,iya, thanks yah, kalian emang sahabat terbaik gue”, kata Rina sambil memeluk ketiga sahabatnya. “Kita pulang dulu yah, Rin. Bye!”. “Bye!”. Semenjak hari itu, hubungan mereka berempat sudah normal kembali. Karena masalah yang kemarin mereka hadapi, hubungan persahabatan mereka jadi semakin erat, seperti tak ada yang bisa memisahkan mereka. Persahabatan 4 Do-Re-Mi-Fa akan tetap abadi. Selamanya

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun