Namun, ada yang berbeda hari ini. Putriku telah dewasa.
Pintu kamar terbuka, dan Sarah muncul dengan senyum lebar. Dia mengenakan gaun coklat muda yang indah yang sudah kupersiapkan untuknya semalam. Hari ini adalah hari kelulusan dari sekolah menengah, sebuah peristiwa yang sangat emosional baginya dan sangat penting bagiku. Hari ini adalah hari kelulusannya dari SMA, sebuah momen yang begitu penting dalam hidupnya, sekaligus momen yang begitu emosional bagiku.
"Bu, bagaimana? Sudah siap berangkat?" tanya Sarah, sambil merapikan kerudungnya yang sangat serasi dengan warna gaunnya.
Aku tersenyum, menahan perasaan haru yang tiba-tiba menyeruak. "Kamu cantik sekali, Nak. Ibu sangat bangga padamu."
Sarah tertawa kecil, lalu menghampiriku. "Ibu, jangan menangis, dong. Ini kan hari yang bahagia!"
Aku tertawa sambil mengusap sudut mataku yang sudah mulai basah. "Iya, ibu tahu. Tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat. Kamu sudah besar sekarang. Rasanya baru kemarin ibu mengantarmu ke taman kanak-kanak."
Sarah duduk di sebelahku, menggenggam tanganku erat. "ibu, aku tetap Sarah yang dulu. Yang suka manja sama ibu, yang suka minta diceritain sebelum tidur. Bedanya, sekarang aku hanya sedikit lebih dewasa."
Aku terdiam, merenungi kata-katanya. Memang, anak-anak akan tumbuh, akan dewasa, dan akan menemukan jalannya sendiri. Tapi bagiku, Sarah selalu menjadi gadis kecil yang memintaku mengikatkan tali sepatunya atau membacakan dongeng sebelum tidur.
Hari itu, di acara kelulusannya, aku melihat Sarah berdiri di panggung dengan percaya diri, menerima penghargaan atas prestasinya. Air mata haru tak terbendung lagi. Putriku yang dulu kubimbing langkah-langkah kecilnya, kini telah siap melangkah sendiri.
Usai acara, Sarah menghampiriku, memelukku erat. "ibu, aku sudah lulus SMA sekarang. Terima kasih untuk semua doa, dukungan dan bantuan ibu. Aku sayang ibu."
Aku membalas pelukannya, kali ini aku tak bisa menyembunyikan tangisku. "Ibu juga sayang kamu, Nak. Apapun yang terjadi, ingatlah, ibu akan selalu ada di sini untukmu."
Hari itu, aku menyadari bahwa waktu tidak bisa dihentikan. Anak-anak tumbuh, dewasa, dan siap menghadapi dunia. Namun satu hal yang tak pernah berubah, cinta seorang ibu. Dan meski Sarah telah beranjak dewasa, di hatiku, dia selalu akan menjadi gadis kecilku yang manis.
Kami pulang dari acara kelulusannya dengan hati penuh kebahagiaan. Putriku sudah dewasa, dan aku, sebagai seorang ibu, siap melihatnya terbang tinggi meraih mimpinya.