Menuju pemilu 2024 politik di Indonesia sudah mulai tersa ramai dari sekarang. Beberapa nama dideklarasikan sebagai calon presiden oleh komunitas-komunitas atau organisasi tertentu. Aka tetapi, muncul beberapa pertanyaan mungkin di benak kita semua apakah pemilu 2024 akan memberikan calon-calon yang berkualitas? Dengan konsepan pemilu serentak jilid kedua, akankah pemilu nanti menjadi pemilu yang efektif dan efisien? Apakah permasalahan-permasalahan yang terjadi di pemilu 2019 akan terjadi lagi? Boleh jadi itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak sebagian publik ketika melihat situasi dan kondisi belakangan ini di mana nuansa kompetisi sudah mulai terasa. Masing-masing calon yang sudah mendeklarasikan bahsawasannya dia akan menjadi calon presiden dari sekarang sudah mulai melakukan kampanye-kampanye. Akankah justru kondisi ini nanti nya cenderung lebih memanas dan tak sehat. Atau sebaliknya, dengan tidak munculnya Joko Widodo dalam pemilu 2024, konstruksi politik akan cenderung berubah, tidak sama dengan pemilu 2019, baik pola koalisi dan calon-calon yang muncul maupun pola kompetisinya. Ditambah lagi Indonesia mamasuki babak bari setelah terjadinya wabah Covid-19 yang katakatanlah menjadi permasalahan yang sangat kompleks. Itu artinya pemilu yang akan datang bisa jadi akan lebih kompleks permasalahannya, baik karena situasi sosial politik pasca pemilu 2019 dan covid-19 yang mengubah cara pandang dan budaya masyarakat belum lagi dengan pengaruh era digital terhadap pola komunikasi dan relasi antara kelompok masyarakat dengan  para elit belum lagi dengan kebutuhan masyarakat yang cenderung berubah-ubah. Sehingga dengan banyaknya pertanyaan diatas apa yang menjadikan pemilu 2024 ini mampu mewujudkan pemilu yang berkulitas?
KEMBALI KE ARTIKEL