Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Stop Obral Opini

27 April 2009   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:11 164 0
Stop Obral Opini, lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.

Sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan Pemilu Legislatif kita menyaksikan euforia OPINI. Media TV, Surat kabar cetak, maupun elektronik dan radio-radio berlomba-lomba menyiarkan liputan pemilu dan tentu saja komentar-komentar dari berbagai tokoh.

Banyak orang yang sebelumnya kita tidak pernah kenal, tiba-tiba menjadi komentator yang lihai membahas politik, pemerintahan dan negara. Ada yang pro tentunya ada pula yang kontra. Dari acara liputan khusus, analisa, debat, kuis sampai ke berita semua media memberitakan mengenai pemilu dan pernik-perniknya.

Namun, kalau dihitung-hitung, paling banyak porsi publikasinya terutama di media elektronik adalah porsi pemberitaan opini mirip opini artis-artis Indonesia di beberapa acara infotainment. Sampai-sampai acara infotainment kalah pamor dalam bergosip ria dibanding gosip politik.

Menarik untuk ditonton ? Tentu saja.

Mendidik bagi bangsa ini ?  ............................. ????

Ada satu hal yang sebenarnya patut dipertimbangkan bagi para pekerja di bidang media, yaitu bagaimana sebuah tontonan bisa menjadi TUNTUNAN, dan bukan TUNTUNAN dijadikan TONTONAN.

Saya sebagai warga negara biasa, sebenarnya sangat prihatin melihat pemberitaan-pemberitaan yang berkembang saat ini. Kenapa, karena lebih banyak saat ini TONTONAN berita politik yang tidak bisa dijadikan TUNTUNAN. Kenapa ? Karena hampir sebagian berita di domoniasi oleh komentar. Baik issu mengenai penggelembungan suara, DPT, penghitungan suara dan sebagai-dan sebagainya.

Konyolnya, komentar-komentar tersebut dilakukan oleh tokoh-tokoh politik yang notabene bisa menjadi TUNTUNAN, namun yang dilakukan beliau-beliau tersebut sebatas TONTONAN saja.

Kebanyakan tokoh-tokoh tersebut selain mantan pejabat, atau incumbent pejabat atau tokoh politik, memberikan pernyataan-pernyataan atau keterangan-keterangan mengenai sesuatu yang belum menjadi suatu KEPUTUSAN. Atau memberikan komentar / keterangan mengenai hal dibalik suatu KEPUTUSAN yang sebenarnya bukan seharusnya menjadi konsumsi publik.

Apakah dunia politik sama dengan dunia entertainment ? Saya juga tidak tahu.

Demi kebaikan semua marilah kita paling tidak mengurangi segala macam opini, komentar, pernyataan yang justru kurang bermanfaat bagi bangsa ini. Sampaikan informasi yang bermanfaat, dan yang sedikit ke-mudharatan-nya.

Jangan jadikan panggung politik bak lapangan bola. Bisa dikomentari tanpa didukung fakta. Mayoritas warga Indonesia ini adalah muslim, marilah politisi muslim bersikap, berbicara dan bertindak sesuai dengan anjuran agama.

Mohon dengan hormat, politisi, tokoh dan media untuk:

1. Tidak melakukan Ghibah - Membicarakan kejelekan orang lain.

2. Waspada terhadap peringatan : 104:1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,

3. Waspadailah peringatan : 111:4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. (menyebarkan fitnah dan berita bohong / belum tentu kebenarannya, meskipun hal itu bisa menaikkan rating program acara tv)

4. Jalankan Nahi Munkar, dengan membawa fakta2 kepada pihak berwajib bukan dengan mengobarl kepada media, dan kepada pihak berwajib bertindak adil-lah dan mohon proaktif  ....... sekali lagi proaktif .

5. MUI mohon aktif mengajak warga untuk bertindak benar sesuai dengan aturan agama.

6. Kepada seluruh komponen bangsa, jangan terbawa emosi dan bertindaklah sesuai dengan norma2 yang baik, malu dilihat dunia Internasional, gontok-gontokan cuma karena membela yang bayar.

Sekali lagi STOP OBRAL OPINI, kasihan anak-anak kita yang sudah mulai tertarik ke masalah politik, dan belajar bahwa politik adalah sama dengan saling menjelekkan, saling adu komentar, saling debat kusir, saling membanggakan diri sendiri... ingat demokrasi kita adalah demokrasi PERMUSYAWARAHAN dengan landasan HIKMAH / KEBIJAKSANAAN, bukan yang lain.

Mari..mari..mari.. berdemokrasilah....jangan berdemocrazy... kasihan rakyat kecil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun