"Kamu begitu cantik, Kupi. Itulah kenapa banyak yang menyukaimu dari pada aku" ujar Apis dengan raut wajah sedih. "Sementara aku? Baru mendengar dengunganku saja mereka takut," lanjutnya.
Mendengar Apis memujinya, Kupi tersenyum lalu berkata, "iyaa, aku memang cantik, sayapku juga indah, tapi, sayang, aku tidak sekuat kamu, Apis." Kupi terbang mendekati Apis. Dengan senyum mengembang Kupi membuka sayapnya, kemudian direntangkan selebar mungkin. "Mana sayapmu? Coba bentangkan dan lihatlah!" titah Kupi.
Dengan perasaan rendah diri, perlahan Apis membentangkan sayap kecilnya. Dia membandingkan sayap miliknya dengan Kupi. Ia baru tahu, kalau sayap Kupi begitu tipis, bahkan transparan. Sementara sayapnya meskipun kecil, tapi, kuat dan lebih tebal. Kemudian Kupi terbang menjauh, pindah ke bunga di pohon lain.
"Apis, sini!" panggil Kupi.
'Nguuugg ...! plekk!'
Apis terbang kemudian hinggap di atas kuntum bunga dekat Kupi.
"Kamu terbang cepat sekali, Apis!" seru Kupi.
Sejenak Apis terdiam, lagi-lagi ia baru menyadari kalau dengungan yang ditimbulkan ketika ia terbang adalah efek dari kecepatan gerak dari sayap-sayapnya.
"Iya, ratuku bilang, kecepatan gerak sayapku 200 kepakan per detik. Aku bisa terbang 25 km/jam," kata Apis seraya kembali terbang memperlihatkan kecepatan kepakan sayapnya kepada Kupi.
"Woow! Hebat, Apis! Sayapku bisa robek kalau begitu," ujar Kupi kagum sambil mendekat dan menyentuh sayap Apis. "Dengan sayapmu ini, kamu bisa terbang jauh loh, sedangkan aku? Aku hanya mampu terbang dekat-dekat saja. Lagi pula, pandanganku hanya bisa 3 hingga 4 meter jauhnya, sensorku juga lebih dari itu tidak bisa bekerja," lanjut Kupi.
Apis terdiam lagi, ia baru tahu ternyata di balik fisiknya yang bagus dan cantik, Kupi tidak lebih baik darinya.
"Ratuku juga bilang, kalau radarku canggih. Aku mempunyai sekitar 170 reseptor untuk menemukan sumber makanan terbaik untuk membuat madu." Apis menunjuk ke antena yang terpasang di kepalanya.
"Tuh, kan. Kamu itu keren, Apis!" Kupi menepuk pundak Apis.
"Tapi, aku ingin sesekali bermain dengan makhluk lainya seperti kamu. Kamu bisa kejar-kejaran dengan kucing, manusia atau yang lainnya. Itu membuat mereka senang berada di sampingmu. Sedangkan aku?" Apis mengatupkan mulut. Bibirnya dibuat datar, kemudian tertunduk.
Apis teringat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia menari waggle dance  --tarian untuk memberi tahu lebah lain di mana tempat yang banyak terdapat serbuk sari bunga dan nektar-- di depan sarang. Ada anak-anak yang melempari sarang dengan batu.Â