Mappasoro adalah tradisi unik masyarakat Bugis yang dilaksanakan sebelum panen padi sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Ritual ini bukan hanya sekadar kegiatan budaya, tetapi juga mengandung nilai-nilai religius, sosial, dan simbolis yang mendalam. Dalam setiap prosesi, tradisi ini menandai bahwa hasil panen atau "wassele" dianggap cukup dan siap untuk dipanen. Tradisi ini melibatkan simbol-simbol seperti sokko (beras ketan), tallo (telur), pisang, dan tulangbala (sedekah). Setiap elemen memiliki makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai persahabatan, kesatuan, dan kejujuran: Sokko melambangkan persahabatan yang erat dan kesatuan yang tetap terjaga meski melalui banyak cobaan. Tallo menggambarkan persatuan dalam keberagaman, seperti bentuk telur yang bulat tidak ada ujungnya. Pisang merepresentasikan kemurnian dan kejujuran dalam kehidupan bersama. Tulangbala menjadi bentuk sedekah untuk menghindari musibah dan menarik keberkahan. Tradisi ini biasanya diawali dengan doa salama, yang dipanjatkan kepada Allah untuk memohon keberkahan dan keselamatan selama panen.Â
KEMBALI KE ARTIKEL