Air matamu adalah butiran mutiara tak ternilai
Di punggungmu dibebankan semua bentuk peradaban
Kehormatanmu menjadi penopang perjalanan suatu bangsa
Orang-orang memanggilmu "ibu"
Hari ini, aku melihat kesedihan di wajahmu
Ingin sekali aku bertanya
Tapi pertanyaanku bahkan akan membuatmu makin lara
Sepanjang umurku tak jarang aku menyaksikanmu meneteskan air mata
Keadaan tidak pernah setuju dengan ekspektasimu Ibu
Kini ibu makin menua, terlihat jelas dari garis-garis tipis mulai menghias pesonamu
Aku dekat, sangat dekat di sini
Tapi aku bahkan tidak bisa memeluk perasaanmu yang sedang kacau
Aku pengecut Bu, aku serba salah kali ini
Bu, aku terus merenungi bagaimana memperbaiki suasana ini
Rasa-rasanya diam adalah jalan terbaik
Maaf Bu, aku tak tahu apakah cintaku terlalu miskin padamu atau aku hanya terlalu takut
Terus mengutuk diriku yang tidak bisa membebaskanmu dari derita hidup
Tunggu sedikit lagi Bu, sampai anakmu ini punya sedikit materi
Akan kubeli kebahagiaan untukmu
Agar Ibu bisa menjajakan senyum pada setiap bunga-bunga di pinggir jalan
Akan kugantikan sayap-sayapmu yang sudah terlanjur patah
Agar Ibu bisa terbang mengitari setiap sudut hati yang beku
Jadi Ibu, jangan menangis malam ini
Pejamkan saja matamu, tenggelam dalam mimpi-mimpi
Hari esok akan berganti
Entah menjadi bahagia atau bahkan menjadi lebih sedih, aku di sini, setidaknya masih dalam jangkauanmu
Di sajak amburadul ini Bu, telah kuabadikan perjuanganmu
Menjadi saksi perjalananmu juga perjalananku