Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Bangsaku Bangsamu

11 April 2013   03:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:23 158 0
Suatu hari saya bergumam dalam diri bahwa adakalanya sebuah bangsa mengalami titik nadir untuk mempertanyakan siapa dirinya. Kemudian gumam itu berinteraksi dengan praksis nyata dikala generasi penerus negeri ini yang mencercah bukan atas azas penguatan fondasi sendi-sendi berbangsa melainkan tergejalanya faham inklusifitas berazas " kamu ya kamu , aku ya aku ".
Societas teretas tanpa batas globalitas menjadikan imagi bangsa terkedilkan menjadi nihilisme, exit Nation and enter Nihilism. Sebuah desakan absolut kapitalisme global yang menggempur eksistensi nilai - nilai kebangsaan dengan segala romantisme perjuangan masa lalunya. Segala yang fana di dunia ini harus dinetralkan, perlambat kemajuan berpikir kreatif positif , ciptakan pola hidup konsumtif. Fanakan entitas negara yang telah menghidupinya, ciptakan sikap acuh atas segala yang baik untuk kebersamaan. Salah dilokuskan benar, benar diprovokasikan salah ... amburadul.
Jika memang jiwa berbangsa telah mengarah ke sebuah nihilisme epistemologis yang bermuara segala sangkalan terhadap pengetahuan plus kebenaran akan imagi sebuah bangsa, maka bangsa ini mengarahkan dirinya pada anti fondasionalisme. Segala artian apapun mengenai kebenaran jati diri yang lahir dari proses "trial - error" , pengalaman dan pengetahuan yang disepakati sebagai nilai-nilai berbangsa praksis akan dianggap dan diperlakukan tidak etis lagi. Koruptor masih bisa tersenyum dan melambaikan tangan ke publik , pertanyaanya : apakah dengan melakukan hal tersebut adalah etis menurut inklusi dirinya?
Nihilisme etis adalah anak kandung dari nihilisme epistemologis , ia mendekonstruksi ala "Don Quisot-ism" tatanan sosial berbangsa yang ada. Ia selalu memandang dirinya yang paling benar dan valid. Kalau kata orang : "Yang lain mah ngontrak". Klaim inilah sesungguhnya yang menjadi akar dari terbentuknya kekeroposan hidup berbangsa, istilah raja-raja baru , separatis , teroris , ormas garis keras , mafia anggaran, kartel bawang , pengerdilan jiwa korsa, mafia pajak sampai pungli oknum Bhayangkara Bali terhadap turis Belanda yang diunggah di Youtube semuanya akan membuka kotak pandora nihilisme eksistensial berbangsa.
Kata sang oknum polisi ; " This one hundred for beer and another one hundred for my goverment ya " sungguh merupakan aksi "heroik" penihilan akan eksistensi negara, korps dan bangsanya dan ini valid "teramalkan" di seluruh elemen demografis bangsa ini.
Penyangkalan demi penyangkalan adalah hal yang wajar karena praduga tak bersalah yang telah menjadi karakter absolut mengkreasi negasi sistem berbangsa dan bernegara. Saat ini telah berlangsung, tanpa disadari atau tidak, proses nihilisme yang bersifat efektif baik dalam pencetusan ide dan dalam eksekusi realisasi sehingga kefanaan akan membentuk kealfpaan makna dan tujuan hidup berbangsa. Hasilnya adalah krisis personal yang memiliki aksioma penghancuran hidup orang lain dan bangsa itu sendiri.

HPJ, 11 April 2013 , Kamis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun