Itulah kata yang sangat mengena pada diriku sekitar 4 tahun yang lalu, ketika aku baru pulang dari Amerika. Waktu itu aku berkeinginan sekali untuk masuk partai. Maklum beberapa anggota dari keluarga ibuku banyak yang bergabung. Jadi aku pun ingin juga bergabung, tentu masuk ke partai yang lain. Paling tidak aku punya ilmu dan aku suka blusukan untuk menyerap aspirasi. Namun saat itu aku terus berpikir, bagaimana dengan kebutuhan dapurku kalau aku bergabung dengan partai. Siapa yang akan membiayai semua kebutuhannya? Satu pertanyaan itulah yang akhirnya berhasil membatalkan niatku untuk bergabung dengan partai.
KEMBALI KE ARTIKEL