Fokus dari analisis wacana adalah setiap bentuk tertulis atau bahasa lisan, seperti percakapan atau artikel koran. Topik utama yang menjadi pokok dalam analisis wacana adalah struktur sosial yang mendasarinya, yang dapat diasumsikan atau dimainkan dalam percakapan atau teks. Ini menyangkut alat dan strategi yang dipakai orang ketika terlibat dalam komunikasi, seperti memperlambat suatu pidato untuk penekanan, penggunaan metafora, pilihan kata-kata tertentu untuk menampilkan mempengaruhi, dan sebagainya4.
Kelemahan analisis wacana5:
Sebagai suatu metode yang digunakan dalam meneliti masalah-masalah sosial, analisis wacana juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :
1. Pada saat menganalisis suatu wacana, sangat diperlukan kecerdasan dan keterampilan yang tinggi agar dapat memahami maksud dari pembuat wacana tersebut. Kita harus dapat mencerna makna dari masing-masing kata dan kalimat dari wacana tersebut sehingga pada akhirnya kita dapat memahami maksud atau isi dari wacana tersebut.
2. Dalam menafsirkan suatu wacana tidak hanya dipertemukan pada masalah kebahasaan, tetapi juga dihadapkan pada problematika sosial, sehingga dalam memahaminya kita agak menemui kesulitan.
3. Pemaknaan semakin rumit karena sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga memakai paradigma penelitian. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang terdapat dalam sebuah naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan
4. Perlu menguasai teori politik, karena Discourse Analysis lebih banyak mengambil wacana politik dalam penelitiannya.
5. Dalam penelitian dengan analisis wacana, kita cenderung harus lebih cermat dan amat teliti dalam memperhatikan semua aspek sekecil apapun itu.
6. Analisis Wacana tidak memberikan jawaban yang pasti, tetapi akan menghasilkan wawasan atau pengetahuan yang didasarkan pada perdebatan dan argumentasi terus-menerus.
Kelebihan analisis wacana6 :
Analisis wacana dapat diterapkan pada setiap situasi dan setiap subjek.
Perspektif baru yang disediakan oleh analisis wacana memungkinkan pertumbuhan pribadi tingkat tinggi pemenuhan kreatif dan dapat membimbing seseorang untuk dapat berfikir kritis.
Data yang ada dapat direkonstruksi untuk mengembangkan kerangka yang sudah ada sebelumnya.
Tidak ada teknologi atau dana yang diperlukan tetapi analisis wacana dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam praktek-praktek lembaga, profesi, dan masyarakat secara keseluruhan.
Instrumen Penelitian Analisis Wacana:
Kuisioner. Pada kuisioner dilakukan untuk menggali dan membandingkan data atau informasi yang diperoleh untuk digunakan sebagai bahan penelitian.
____________________
6http://www.ischool.utexas.edu/~palmquis/courses/discourse.htm
2. Wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data langsung dari narasumber untuk memperjelas data yang dibutuhkan.
Ide-ide utama dalam Discourse Analysis7:
- Bahasa bukanlah refleksi realitas yang telah ada sebelumnya.
- Bahasa terstruktur dalam pola-pola atau wacana-wacana. Tidak hanya ada satu system umum makna sebagaimana yang telah dikemukakan oleh strukturalis Saussureans namun terdapat serangkaian system atau wacana, tempat makna-makna bisa berubah dari wacana satu ke wacana lain.
- Pola-pola kewacanaan itu dipertahankan dan ditransformasikan dalam praktik-praktik kewacanaan.
- Oleh karena itu pemeliharaan dan transformasi pola-pola tersebut hendaknya dieksplorasi melalui analisis konteks-konteks khusus tempat bertindaknya bahasa.
Teknik Melakukan Analisis Wacana8
Dalam pelaksanaannya, analisis wacana untuk ilmu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dimaklumi dalam penelitian sosial, setiap permasalahan penelitian selalu ditinjau dari perspektif teori sosial (dalam hal ini teori-teori komunikasi). Analisis wacana sebagai metode penelitian sosial tidak hanya mempersoalkan bahasa (wacana) melainkan pula dikaitkan dengan problematika sosial.
Lebih dari itu, sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga mamakai paradigma penelitian. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang teradapat dalam sebuah naskah, melainkan acapkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan. Walhasil, proses pelaksanaan analisis wacana untuk ilmu komunikasi dapat digambarkan dengan gambar dibawah.
__________________________
7 Eriyanto, 2001, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LKIS
8 Ibnu Hamad. Jurnal Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi, Sebuah Telaah Ringkas. Tahun Terbit dan Penerbit Tidak Diketahui
Dari gambar tersebut, aplikasi analisis wacana dimulai dengan pemilihan naskah (text, talk, act, and artifact) dalam suatu bidang masalah sosial, misalnya naskah (:berita) tentang politik. Selanjutnya kita memilih tiga perangkat analisis wacana yang saling berkaita: perpektif teori, paradigma penelitian, dan metode analisis wacana itu sendiri. Dari penerapan ketiga perangkat tadi secara simultan terhadap naskah yang dipilih akan diperoleh hasil penelitian analisis wacana.
Untuk perspektif teori, dalam analisis wacana sebagai metode penelitian sosial lazimnya memakai dua jenis teori: teori substantif dan teori wacana. Teori substantif di sini adalah teori tertentu yang sesuai dengan tema penelitian, misalnya teori politik, teori kekuasaan, teori gender, teori ekonomi-politik, teori ideologi, dan sebagainya. Teori subtanstif diperlukan untuk menjelaskan bidang permasalahan penelitian analisis wacana dari perpektif teori yang bersangkutan.
Gambar Proses analisis wacana sebagai metode penelitian sosial
Adapun teori wacana diperlukan untuk membantu menganalisis naskah yang menjadi obyek kajian analisis wacana. Teori wacana mana yang dipakai tergantung pada metode analisis naskah yang dipakai. Jika pada analisis naskah dipakai metode semiotika, misalnya maka dipakailah teori semiotika; bila digunakan framing sebagai metode analisis naskah, maka kita gunakan teori framing sebagai teori wacana. Pun demikian, jika kita menerapkan CDA hendaknya kita paparkan teori CDA dalam pendekatan teori wacana.
Sebagai bagian dari penelitian kualitatif, analisis wacana mengenal lima paradigma penelitian: positivis, post positivus, konstruktif, kritis, dan partisipatoris dimana setiap paradigma memiliki karakteristik dan tuntutan yang berbeda-beda dalam proses dan jenis data yang mesti dikumpulkan (Denzin and and Lincoln, 2005). Dalam banyak hal, pemilihan paradigma ini sangat terkait dengan tujuan analisis wacana yang dirumuskan peneliti.
Keabsahan Analisis Wacana dan Pemanfaatan Hasil Analisis9
Obyektivitas hasil penelitian analisis wacana terletak pada konsistensi si peneliti mengaplikasikan suatu pendekatan teori, paradigma penelitian dan jenis riset serta metode analisis wacana. Selama ia mengacu sekuat tenaga pada peralatan riset tersebut dalam rangka menjawab permasalah dan membuktikan tujuan penelitian, maka hasil risetnya dapat dikatakan sudah obyektif. Oleh karena itu hindarilah opini pribadi dan selalulah memakai kriteria kualitas paradigma penelitian dan karakter metode analisis wacana yang dipakai sebelum, selama, dan sesudah penelitian dilakukan. Upaya untuk senantiasa konsisten dengan kriteria kualitas paradigma penelitian ini pada gilirannya bagian dari usaha peneliti menjaga validitas hasil penelitian analisis wacana sesuai paradigma masing-masing.
Analisis wacana hanya berupaya menerangkan kandungan isi naskah dan jika perlu beserta konteks atau hitorisnya tentang sebuah tema/isu yang dimuat dalam naskah tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian analisis wacana bersifat ideografis.
Analisis wacana mampu memberikan kemanfaatan yang tak sedikit kepada perubahan sosial termasuk di dalamnya saling pemahaman dalam hubungan antar bangsa. Di samping signifikansi sosial tersebut, penggunaan analisis wacana setidak-tidaknya menyadarkan para penafsir naskah untuk lebih bertanggung jawab atas “bacaan” yang dilakukannya, tidak semata-mata didasarkan atas pendapat pribadi melainkan dipandu oleh prinsip-prinsip methodologi penelitian secara konsisten dan bertanggung jawab.
___________________
9 Ibnu Hamad, Jurnal Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi, Sebuah Telaah Ringkas. Tahun Terbit dan Penerbit Tidak Diketahui
Sumber :
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS
http://74.125.153.132/search?q=cache:jt0p9nDH0cEJ:ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/Kertas%2520Kerja/Dr.%2520Ibnu%2520Hamad.doc+ibnu+hamad+Teknik+Melakukan+Analisis+Wacana&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a; didownload pada 3/17/2010 10:08:35 PM
Jorgansen, Marianne W. 2007. Analisis Wacana : Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://www.eamonfulcher.com/discourse_analysis.html didownload pada 3/15/2010 22:48
http://www.ischool.utexas.edu/~palmquis/courses/discourse.htm didownload pada 3/15/2010 23:06
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta : Granit
___________. Jurnal Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi, Sebuah Telaah Ringkas. Tahun Terbit dan Penerbit Tidak Diketahui
1 Eriyanto, 2001, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LKIS, halaman 3
2 Marianne W Jorgensen, 2007, Analisis Wacana : Teori dan Metode , Pustaka Pelajar, halaman 2 3http://www.ischool.utexas.edu/~palmquis/courses/discourse.htm
4http://www.eamonfulcher.com/discourse_analysis.html
5http://74.125.153.132/search?q=cache:jt0p9nDH0cEJ:ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/Kertas%2520Kerja/Dr.%2520Ibnu%2520Hamad.doc+ibnu+hamad+Teknik+Melakukan+Analisis+Wacana&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a