Namun berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh jejaring sosial tak semata lepas dari relasi kuasa antara sosial media dengan kehidupan manusia itu sendiri. Konsep panoptikon yang ditawarkan oleh Foucault penulis rasa mampu memberikan gambaran betapa mengerikannya kuasa yang dihasilkan oleh sosial media dalam hidup kita sehari hari tanpa kita sadari. Konstruksi akan apa yang hendak kita unggah di media sosial menjadi kajian menarik yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Seperti layaknya tahanan dalam panoptik yang selalu berpikir bila mereka selalu diawasi dan menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan keinginan para penjaga, pengguna sosial media juga pada dasarnya mengasumsikan bahwa dirinya selalu diawasi dan “dihakimi” berdasar atas konten yang dia bagikan, dan memilih atau memframing konten tersebut dengan maksud untuk menyenangkan dan atau memberi kesan bagi kerumunan maya tersebut. Efek panoptikon seperti inilah yang membentuk identitas seperti yang kita bentuk di sosial media. Secara ekstremnya, hal ini dapat kita untuk memerankan atau melakukan suatu pencitraan dengan identitas tertentu yang bisa membuat orang lain merasa terkesan dan melontarkan hal tersebut sebagai ekspresi dadakan atas diri sejati kita.