Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Ngraton Jogja

9 Januari 2013   14:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:20 164 0
Hari terakhir di Jogja.

Cek out hotel jam 12 siang. Akhirnya memilih berdiam di kamar hotel sambil packing. Mau nyobain mie ayam depan hotel yang mengundang selera. Dan ternyata, memang enak. Ditambah krupuk usus, rasanya makin maknyus! Gak penasaran lagi deh.

Pukul 12 siang lebih sedikit, kami meninggalkan kamar hotel tercinta. Kami titipkan koper dan barang bawaan di hotel karena kereta yang akan membawa kami melanjutkan perjalanan ke Malang baru akan tiba pukul 9 malam. Kraton Jogja menjadi tujuan selanjutnya. Becak kami pun meluncur dengan santainya. Kalau inget kraton, jadi penasaran, kayak apa ya sekarang? Soalnya terakhir ke sana 13 tahun yang lalu.

Pertanyaan saya terjawab tatkala kami tiba di Kraton. Pedagang oleh-oleh ramai memenuhi pelataran kraton jogja. Dengan tiket seharga 3000 rupiah, kami memasuki areal kraton yang menurut saya sudah berkurang nilai sejarahnya. Lebih terkesan tidak terurus ya? Gersang, panas dan tidak ada sesuatu yang baru yang bisa menarik hati pengunjung untuk datang. Bahkan kalau menurut saya, rasa ngraton nya sudah hilang. Hanya beberapa banguan yang masih berdiri enggan. Di kanan pintu masuk yang kecil, kita bisa melihat satu bangunan yang di dalamnya terdapat display patung-patung yang menceritakan tentang upacara pernikahan dan sunatan keluarga kerajaan. Pakaian yang dikenakan patung-patung itu memang indah, tapi pemeliharaannya berkesan seadanya.

Lebih dalam lagi kita bisa menemukan bangunan joglo yang cukup luas tak berdinding. bangunan ini hanya terdiri dari atap dan lantai serta satu undakan di tengah bangunan. Gedung ini digunakan ketika raja akan menyampaikan titahnya.
Di bagian depan kanan bangunan tersebut, ada satu ruang lagi yang berisi perlengkapan gamelan. Sementara di belakang bangunan induk, ada lagi rumah yang berisi gambar-gambar kereta kencana masa kesultanan jogja yang dipasang di dinding-dinding ruang.

Karena cuaca sangat panas, dan haus yang mendera, kami pun tidak berlama-lama di sana. Hanya mengambil gambar beberapa kami, kami memutuskan untuk keluar areal kraton yang sayangnya sudah tidak berasa ngraton nya.

Dahaga sudah terpuaskan, giliran lapar mendera. Tapi karena kraton dekat dengan tempat mencari oleh-oleh khas jogja, akhirnya, kami mampir terlebih dahulu mencari buah tangan yang belum sempat terbeli. Diantarkanlah kami ke satu toko batik. Karena hujan, kami pun tidak mencari ke tempat lain. Untungnya, apa yang saya cari bisa saya temukan di toko tersebut.

Cukup puas dengan buah tangan Jogja, kami meluncur ke Malioboro untuk makan dan menghabiskan waktu hingga saatnya kami menuju stasiun tugu. Mencari restoran Jepang, tetapi menunya sedang kosong. Kami pun beralih haluan dan pergi ke ke food courtnya mal Malioboro. Puas makan, kami tidak buru-buru beranjak dari tempat duduk kami karena kami masih punya 2 jam sebelum waktunya kembali ke hotel dan mengambil barang-barang kami.

Kami pun duduk di depan panggung yang sedang menampilkan penyanyi anak-anak. Lumayan lah bisa duduk sambil menikmati musik. Setidaknya kami tak perlu kehujanan di luar sambil membunuh waktu yang berasa jalannya seperti keong saja.

Pukul 5.30. Saatnya kembali ke hotel. Persiapan makan malam di kereta, kami mampir, lagi, ke KFC. Praktis dan murah. Sampai di hotel, waktu menunjukkan pukul 6.15. Ambil barang, kami langsung kembali menuju stasiun tugu jogja. Hujan gerimis masih menyertai perjalanan kami sejak siang tadi.Cuaca pun menjadi sangat dingin hingga kami harus mengencangkan balutan jaket yang sudah tidak lagi bisa menghangatkan tubuh kami.

Sambil menunggu kereta kami tiba, kami pun menanti di depan loket. Duduk di atas lantai yang dingin sambil mengistirahatkan kaki yang butuh pijatan tangan-tangan terampil.Tepat pukul 8, murid-murid yang menjadi guide kami datang untuk menemui kami dan berpamitan. Tanpa menunggu lagi, kami masuk ke stasiun dan mencari tempat strategis lagi untuk menunggu kereta yang akan datang 1 jam lagi.

Booth charger menjadi incaran saya selanjutnya. Dan stasiun tugu sangat paham akan kebutuhan pelanggannya hingga mereka menyediakan satu booth charger yang bisa digunakan sekaligus untuk empat handphone. Tanpa banyak bicara, saya langsung mencolokkan charger dan duduk menanti hingga minimal handphone saya tidak mati.

Saatnya kereta tiba, kami naik dan menyusun koper serta bawaan kami yang lainnya. Pesan bantal dan selimut, dalam waktu 30 menit saja, kami langsung terlelap dan bermimpi indah, mengisi tujuh jam perjalanan kereta yang akan membawa kami ke kota Malang ....

(berlanjut ke part 5)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun