Dalam perjalanannya, saya memang mempelajari banyak teori-teori mulai dari klasik hingga post-modern. Kajian tentang teori sangat dalam dibutuhkan dan digunakan untuk menganalisa gejala sosial yang ada. Namun entah mengapa, dari sisi penglihatan saya yang belum setajam para sosiolog, teori justru mengaburkan prinsip hidup seseorang jika dia tidak kuat dengan apa yang selama ini dia pegang. Prinsip -prinsip hidup baru justru banyak bermunculan diantara mereka bahkan dengan prinsip yang sangat sensitif seperti agama. Tidak jarang para dosen menyeritakan ada beberapa orang yang kemudian mengubah prinsip hidupnya bahwa Tuhan tidaklah ada kecuali bisa dibuktikan secara nyata dengan indera manusia.
Hal ini memang tidak bisa dikatakan salah atau benar karena prinsip hidup merupakan sesuatu yang menjadi hak hidup orang banyak. Saya hanya ingin mengungkapkan pandangan saya, bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak bisa dicampuradukkan menjadi satu terutama dalam ilmu sosiologi. Jika sosiologi memang selalu menekankan empirisme, kepercayaan terhadap Tuhan dan agama merupakan sesuatu yang magic, dalam arti diluar nalar logika manusia. Pandangan ini berdasarkan apa yang saya pahami dan saya mengerti dalam kepercayaan saya.
Semakin kita mengaitkan Tuhan dengan ilmu kehidupan nyata menggunakan penekanan inderawi, maka hati kita semakin tidak bertemu dengan Tuhan :)