Berdasarkan observasi yang dilakukan mahasiswa KKN-T IPB University Kelompok 27 bahwa potensi warga diimbangi dengan kemauan tinggi perlu difasilitasi dan dikembangkan. Tidak hanya bank sampah yang ada di Desa Benteng RW 06, terdapat produksi tanaman hidroponik, lele bioflok, budidaya magot, dan eco-enzym. Untuk menyempurnakan potensi Desa Benteng kelak dalam SDG's Desa, perlu adanya fasilitas pengolahan sampah organik. Mahasiswa KKN-T IPB University Kelompok 27 hadir mempelopori adanya gerakan untuk menyempurnakan Desa Benteng menjadi desa dengan berjuta inovasi. Eksekusi salah satu program kami menyusun sekaligus merencanakan pembuatan bak kompos ukuran 2,8 X 2,15 X 0,8 m dan pelatihan mengenai pembuatan kompos.
Biaya pembuatan bak kompos dengan struktur bangunan permanen bukanlah hal murah. Menurut Ketua Bank Sampah Bapak Endang Rusman "Segala sesuatu yang berkaitan dengan kemanusiaan dan lingkungan merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan dan biaya bukan jadi masalah". Program kerja didukung penuh oleh warga terutama Ketua RW dan Ketua Bank Sampah. Bersama warga melakukan gotong royong membuat bak kompos komunal. Sistem produksi kompos bersifat aerob dengan bantuan feses hewan ternak. Dengan membuat lapisan sampah organik setinggi 20-30 cm lalu ditaburi feses hewan ternak berkaki empat. Proses pembuatan kompos memakan waktu 2 bulan.
Tidak dapat dipungkiri lagi, Desa dengan pengolahan sampah secara mandiri seutuhnya adalah salah satu aspek penting dalam keberlanjutan. Masyarakat yang "siap" akan mampu mempertahankan kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Bahkan mampu mengeksekusi potensi-potensi lainnya. Dengan adanya KKN-T IPB University turut memberikan kontribusi untuk menyukseskan SDG's dan kesiapannya. Berawal dari hal kecil walau berbentuk titik jika dikumpulkan dengan konsistensi bisa sebesar gunung.