Hal itulah yang kemudian menjadi kekuatan tersendiri bagi pengurus kalurahan budaya Sukoreno yang pada tahun ini telah menjadi kalurahan rintisan mandiri budaya.
Dua tahun sudah pandemi mematikan segala aspek kehidupan. Ekonomi, sosial, seni dan budaya dipaksa berhenti oleh Covid-19.
Lalu apa jadinya kalurahan budaya tanpa adanya kegiatan yang melestarikan budaya? Padahal kalurahan Sukoreno sudah sejak dari tahun 1995 memperoleh stempel kalurahan budaya.
Event pegiat seni adalah bukti kekuatan dan energi besar yang telah terpendam selama pandemi, terbukti dengan penampilan kesenian lebih dari delapan grup kesenian lokal Sukoreno. Yang terdiri dari Jatilan Oglek, Jatilan Kreasi Baru, dan Tari Angguk.
Event pegiat seni yang dilaksanakan ini juga bentuk kelanjutan dari program pelatihan pegiat seni yang telah diadakan oleh kaluran budaya Sukoreno pada bulan Juni lalu.
Yang tentunya program tersebut juga memberikan tambahan fasilitas bagi pegiat seni yang terlibat. Bantuan yang berupa gamelan dan kostum dengan harapan pegiat seni yang seakan mati selama pandemi dapat hidup kembali berkreasi setelah pandemi usai.
Terlaksananya progam pelatihan pegiat seni dan event pegiat seni tak lepas dari dana keistimewaan yang menyokong penuh kegiatan tersebut. Yang tentu besar dirasakan manfaatnya oleh mayarakat luas dan masyarakat kalurahan Sukoreno khususnya.
Event pegiat seni yang dilakasanakan mulai pagi  sampai malam menjadikan hiburan yang meriah bagi masyarakat yang telah haus akan hiburan rakyat dua tahun terahir karena pandemi. Acara tersebut juga membuka pasar tiban bagi pelaku UMKM untuk menjajakan produknya sehingga roda perekonomian kembali bergulir.
Event pegiat seni juga diharapkan menjadi energi baru bagi pegiat seni di kalurahan Sukoreno. Menambah semangat dalam berkarya melestarikan kesenian dan kebudayaan serta membuka daya tarik baru wisata budaya dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi di masa yang akan datang menuju Sukoreno Kalurahan Mandiri Budaya.