Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Terapi Pemulihan Stres dan Trauma bagi Pengungsi Merapi

1 November 2010   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:56 339 0
Bencana alam tak hanya menyebabkan kerugian secara material. Pikiran, emosi, dan jiwa para korban pun terguncang.  Selain pemenuhan logistik dan rehabilitasi secara fisik, para pengungsi juga membutuhkan terapi pemulihan dari stres dan trauma. Ibu Maya Safira, terapis kesehatan holistik L’Ayurveda Jakarta mengatakan bahwa gangguan stres paska trauma disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Pengalaman menakutkan itu berulang secara terus-menerus (re-experience). Dalam bentuk khayalan, mimpi, halusinasi, dan flash back. Seolah peristiwa tersebut sungguh terjadi kembali.  Akibatnya, korban akan bereaksi panik seperti ketika trauma tersebut awalnya terjadi. Lama-kelamaan tekanan batin/depresi ini akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang, termasuk anak-anak. [caption id="attachment_310706" align="alignleft" width="249" caption="Bapak Anand Krishna"][/caption] Sejak didirikan pada tahun 1991, Yayasan Anand Ashram (http://anandkrishna.org/english/index.php?isi=news/latest.lbi) yang didirikan oleh Bapak Anand Krishna telah memberikan pelatihan pemberdayaan diri kepada masyarakat. Tanpa menghiraukan perbedaan latar belakang agama, suku, ras, budaya, dan lain-lain. Pelatihan awal dan utama yang diberikan ialah pengelolaan stres (Stress Management). Yayasan Anand Ashram juga ikut berkontribusi dalam penanganan stres dan trauma saat bencana alam maupun konflik buatan manusia melanda negeri ini. Misalnya kerusuhan Mei tahun 1998 di Jakarta, korban pertikaian Sampit, dll. Yakni lewat Pusat Pemulihan Stres dan Trauma Keliling (PPSTK). Program ini dikordinasikan oleh salah satu sayap Yayasan Anand Ashram: National Integration Movement (NIM). Secara intensif turun ke desa-desa memberikan pelayanan setiap Minggu paska gempa bumi Jateng-DIY pada tahun 2006. PPSTK Merapi Mulai hari Minggu 31 Oktober 2010 pelayanan PPSTK lewat terapi ceria mulai diadakan kembali. Yakni bagi para pengungsi akibat letusan gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 silam. Kemudian, akan dilanjutkan setiap Minggu berikutnya sepanjang itu masih diperlukan. [caption id="attachment_310703" align="alignleft" width="300" caption="Sukarelawan-sukarelawati Anand Krishna Centre Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang)"][/caption] Sebelumnya, pada tanggal 29-30 Oktober 2010 telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman DIY. Diakhiri dengan rapat pada 30 Oktober 2010 bersama semua petugas kesehatan dari puskesmas-puskesmas di yang ditugaskan di seluruh barak-barak pengungsian Hargobinangun, Turi, dan Cangkringan Sleman Yogyakarta. Pelayanan 31 Oktober 2010 dilakukan di 2 barak pengungsian di desa Girikerto. Pertama, pada pagi hari berlokasi di Balai Desa Girikerto. Kedua, pada sore hari berlokasi di SD Tanggun. Masing-masing barak menampung sekitar 400 pengungsi. Saat siang hari para bapak dan remaja laki-laki pulang ke rumah masing-masing untuk memberi makan ternak di dusun asalnya. Memberikan pelayanan di desa-desa seperti yang PPSTK lakukan 4 tahun lalu paska gempa tahun 2006 di Jateng dan DIY sangat berbeda dengan melakukannya di barak-barak pengungsian Merapi. Sebab, penduduknya berasal dari berbagai tempat dan berkumpul di satu lokasi dalam satu ruangan yang besar. Selain itu, tidak seperti yang menyerahkan bantuan logistik bagi pengungsi, yang di kumpulkan di posko tertentu. Dalam pelayanan ini PPSTK langsung berinteraksi dengan para pengungsi. Hal pertama yang dilakukan ialah membangun raport. Saling bertegur-sapa dengan para pengungsi. [caption id="attachment_310453" align="alignleft" width="300" caption="Bersama-sama Berlatih Gerakan Peregangan untuk Rileksasi "][/caption] Sebanyak 25 orang personil dari Anand Krishna Centre (AKC) Joglosemar berbagi tugas. Pada saat sejumlah relawan menyiapkan sound system, yang lainnya membangun raport dengan pengungsi. Sambil secara singkat memberitahukan kepada mereka ihwal acara yang akan dilakukan beberapa menit kemudian. Agar mereka terdorong untuk berpartisipasi. Pada saat membangun raport, seorang teman bercerita bahwa ia berbincang dengan Mbah yang berumur 115 tahun. Beliau sudah menyaksikan gunung Merapi meletus sebanyak 6 kali, “ letusan kali inilah yang paling parah,” ujarnya. Para pengungsi  umumnya merasa sedih karena  ternak yang ditinggal di rumahnya kelaparan dan tidak ada yang memberi makan. [caption id="attachment_310433" align="alignleft" width="300" caption="Terapi Ceria untuk Anak-anak"][/caption] Para pengungsi menyambut kedatangan tim PPSTK dengan antusias. Mereka mengikuti lagu yang dinyanyikan dan setiap gerakan yang diperagakan. Lirik lagu-lagu bernuansakan kebangsaan mendapatkan perhatian berbagai kalangan yang ada di barak yang PPSTK kunjungi. Pengungsi menerima tim dengan senang hati dan gembira. Disela-sela terapi PPSTK juga membagikan sejumlah kaos bertuliskan, “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia.” [caption id="attachment_310698" align="alignleft" width="300" caption="Membagikan Kaos, "Aku Bangga Jadi Orang Indonesia" kepada Pengungsi"][/caption] Yang mengembirakan The Torch Bearers (Muda-mudi Pembawa Obor Kasih) yang dipunggawani oleh Gilang dan Mira bisa dengan cepat dan sigap memimpin jalannya terapi ceria. Kemudian Bapak Tunggul masuk pada bagian terakhir untuk memberikan 2 teknik sederhana pengeloaan stress (Stress Management). Lagu “Terajana” yang liriknya telah digubah dengan lirik kebangsaaan, “Bhineka Tunggal Ika” mengakhiri perjumpaan kami dengan pengungsi di setiap barak. Minggu depan tanggal 7 Nopember 2010 PPSTK berencana untuk memberikan pelayanan di barak pengungsi Cangkringan. Bagi yang ingin bergabung silakan  langsung ke lokasi atau bersama-sama berangkat dari AKC Joglosemar, Perum Dayu Permai P-18 Jalan Kaliurang Km. 8,5 Yogyakarta jam 08.00 WIB. Bagi yang berminat menyampaikan kontribusi dalam bentuk donasi dan membutuhkan informasi lebih detail tentang PPSTK silakan menghubungi Ibu Wayan Suriastini: 0811266309, email: suriastini@gmail.com atau Bapak Tunggul Setiawan: 08164275432, email: dm_slash@yahoo.com Akhir kata, terapi pemulihan stres dan trauma paska bencana ini sungguh dibutuhkan oleh para korban. Agar para pengungsi memiliki pengetahuan, kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola stres dan traumanya secara mandiri. Sumber Berita: Laporan pandangan mata dari Ibu Wayan Suriastini http://www.anandkrishna.org/english/archives2.php?id=415 Sumber Foto: Bapak Darmady http://www.facebook.com/profile.php?id=523499522#!/album.php?aid=168842&id=1350301602 Primadi Aryandika http://www.facebook.com/profile.php?id=523499522#!/album.php?aid=73790&id=1664078957 [caption id="attachment_310445" align="alignleft" width="300" caption="Kebahagiaan seorang Anak Paska Terapi Ceria PPSTK"][/caption]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun