Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSI Banjarnegara, Jawa Tengah dr Ahmad Ramdoni SpOT menjelaskan mengenai Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Simak penjelasan dari dokter ahli tulang berikut.
Dokter Doni demikian akrab disapa, mengatakan, hernia adalah kondisi medis adanya penonjolan dari sebuah organ atau jaringan. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis yang disebut bantalan atau cakram tulang belakang.
"Pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) bantalan atau cakram tulang belakang ini keluar dan menjepit saraf yang ada di tulang belakang, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang sangat mengganggu serta menjalar ke panggul, leher dan di sepanjang punggung tergantung pada lokasi terjadinya jepitan saraf," ujarnya.
Masyarakat awam banyak mengenal HNP ini dengan istilah "saraf kejepit".
Prevalensi terjadinya HNP adalah 1-2 % dari populasi dan paling sering terjadi pada usia 30-50 tahun. HNP dapat membaik setelah melakukan pengobatan dan dapat dicegah dengan menghindari faktor resikonya.
"Usia merupakan faktor yang paling mendukung terjadinya HNP, bertambahnya usia menyebabkan berkurangnya elastisitas anulus fibrosus sehingga menjadi keras, mudah berubah bentuk dan rusak," ujar Alumnus Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ini.
HNP dapat terjadi pada pasien yang pernah mengalami trauma (jatuh) yang menyebabkan penekanan pada columna vertebra (tulang belakang).
Pasien dengan riwayat pekerjaan berat seperti mengangkat barang-barang yang berat akan beresiko terkena HNP. Selain pekerjaan berat, pekerjaan yang mengharuskan duduk dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan HNP.
"Pria beresiko 2 kali lebih tinggi terkena HNP daripada wanita. Hal ini disebabkan karena pria lebih sering terpapar pada aktivitas yang lebih berat daripada wanita. (*)