Tahun 1959, 55 tahun lalu, di Solo, kotaku. Di sekolah rakyat (SR) Kanisius 2, di Purbayan, aku mulai masuk kelas 6.Aku masih ingat guruku itu, guru kepala; badannya tegap, terlihat kekar, meski tidak besar, selalu dibalut hem, baju, yang seingatku selalu dilepas di luar (atau terbalik ya? Otakku dengan ‘massa kelabu’nya yang sudah berjalan jauh, ditambah rentang waktu dua generasi, membuat memori kadang error);bagi anak SR waktu itu dia sangat berwibawa, terlihat tinggi (meski belakangan waktu bertemu terakhir dia lebih pendek dariku).Sejak kelas 1 SR semua murid takut akan dia. Dia galak, kata teman-teman. Maka hari pertama, hari pertemuan resmi di dalam kelas sebagai murid dia, membikin hati ketar-ketir. Akan tetapi, hari itu juga yang membuat aku terheran-heran.