Saya mencoba menangkap inti dari pertimbangan Menpora dalam memanggil nama-nama ini:
1. Tim ini harus terbebas dari konflik masa lalu terutama saat konflik ISL vs IPL berlangsung. Karena itulah, kedua pihak relatif tidak dilibatkan dalam tim transisi ini. Saya kira ini adalah langkah maju karena kalau tim sudah dituduh dimuati kepentingan perebutan rejeki pengelolaan liga....pasti hasilnya akan mirip dengan konflik yang lalu.
2. Tim ini melibatkan unsur yang berbeda yang menunjukkan VISI dari pengelolaan sepakbola, yaitu:
a. Good governess: ada unsur pemerintah yang diwakili para walikota (Bandung, Solo dan Batu) dan unsur swasta (boss perusahaan besar ) yang bersinergi dengan beberapa komisaris BUMN. Sepakbola profesional Indonesia harus realistis bahwa mereka membutuhkan uang dalam memutar roda kompetisinya. Selama ini ketiga unsur ini: pemda, swasta dan BUMN adalah pendukung utama dari sisi pendanaan. Yang menjadi masalah adalah uang dari ketiga unsur ini seringkali tidak jelas berada dimana dalam tata kelola ini karena unsur akuntabilitas publik dan transparansi belum dilakukan dengan sempurnah baik oleh PSSI maupun PT Liga. Diharapkan kehadiran perwakilan ketiga unsur ini bisa meningkatkan profesionalitas pengelolaan sepakbola Indonesia.
b. Akuntabilitas: seiring dengan unsur pertama, hal yang selama ini dikeluhkan masyarakat adalah akuntabilitas sehingga seringkali ada tuduhan-tuduhan yang dialamatkan ke PSSI bahwa ada jariangan yang begitu kuat sehingga disebut mafia. Karena itulah, unsur berikutnya yang diikutsertakan adalah unsur KPK dan lembaga pengawas lain dan unsur TNI. Tim transisi memang dihadapkan pada kekuatan yang luar biasa yang hanya bisa ditangkap kalau ada orang 'kuat' yang masuk didalamnya. Mantan Danjend Kopassus dan Mantan pimpinan KPK menjadi salah satu unsur penguatnya terhadap tuduhan-tuduhan adanya agenda politik dibalik adanya tim transisi ini. Tim ini dibuat justru untuk bersih-bersih dari anasir-anasir politik kekuatan tertentu yang selama lebih dari satu dekade menguasai persepakbolaan nasional.
c. Professionalitas: Tak ada profesionalitas tanpa keterlibatan orang yagn terlibat langsung dalam sepakbola sekaligus harus terpisah dari konflik masa lalu. Karena itulah ada unsur pemain (mantan) dan manager klub dalam Tim ini. Unsur ini akan memberi masukan dalam perspektif mereka sehingga bisa memperjuangkan nasib para pemain, pelatih, offisial yang menggantungkan hidupnya dari sepakbola.
d. Futuristik: Kehadiran para pemuda bagi sayapun merupakan hal yang baru. Ada pendiri kaskus, ada timses Jokowi untuk kaum muda, dan artis. Ternyata Kemenpora menunjukkan bahwa kehadiran pemuda dalam olahraga itu memiliki kaitan yang sangat besar. Para tunas muda inilah yang selama ini menjadi unsur utama dari pemain dan suporter...sebuah kejelian yang tinggi dari Cak Imam. Ini sungguh pukulan telak atas sebuah ormas pemuda yang ketuanya ditingkat nasional sudah jadi kakek dan ketua nya di Jatim jadi ketum PSSI! Diharapkan para pubic figures dari pemuda ini bisa menggalang persatuan antara para klub supporter dan juga organisasi pemain untuk berani terbuka dan bersatu untuk kemajuan bangsa. Jangan mau lagi dijadikan tameng oleh pengurus yang sebenarnya menutupi kelemahan tata kelola mereka.
Karena kedua hal inilah...saya menebar asa atas Tim Transisi ini. Tantangan kedepan memang berat..tetapi kalau semua unsur ini mau bersatu, God willing, sepakbola Indonesia akan semakin maju!