Setelah LNM membuat pernyataan yang kurang kondusif pasca MOU (Pengurus PSSI sudah diganti JC, Kongres nanti untuk memilih pengurus baru dan Jendral Limbong harus dipecat dari Penanggungjawab Timnas), embrio KPSI yaitu Forum Pengprov ingin kembali eksis dengan peryataan diatas. Mari kita cermati kembali MOU PSSI-ISL-KPSI agar kita bisa melihat dan menimbang, apakah pernyataan Irianto ini bisa dipertanggungjawabkan.
Pada preambule MOU disebutkan ada tiga pihak yang menandatangani yaitu PSSI, ISL dan KPSI. Forum pengprov bukanlah badan yang diakui dalam MOU ini sehingga cukup aneh kalau masih ada manuver dari sebuah badan yang tidak ada legal standing tetapi bisa mengatur organisasi yang syah. Artinya kalau pernyataan itu datang dari KPSI masih bisa diterima akal (walaupun secara etika, tetap kurang tepat karena di MOU disebutkan : to remain neutral in politics, to promote friendly relations between members, clubs, officials and players, and to endorse the principles of fair play as well as the principle of loyalty, integrity and sportsmanship ...mohon maaf, saya terjemahkan saja: tetap neutral dalam politik, meningkatkan hubungan yang erat antar anggota, klub, pengurus dan pemain dan mendukung prinsip fair play dan prinsip kesetiaan, integritas dan jiwa keolahragaan).
Dalam preambule juga disebutkan bahwa PSSI adalah "the only national football association that has the authority to REGULATE, MANAGE, AND ORGANIZE ALL FOOTBALL ACTIVITIES OR COMPETITIONS IN INDONESIA, bab 3 ayat 4 Statuta PSSI : PSSI adalah satu-satunya asosiasi sepakbola nasional yang mempunya kekuasaan untuk membuat aturan, mengelola dan mengurus semua kegiatan sepakbola dan kompetisi di Indonesia. Sampai pada halaman pertama ini, ketiga pihak sudah membubuhkan initialnya, artinya tahu dan setuju pada kalimat pembukaan tersebut. Pada halaman kedua MOU yang masih berada pada bagian preambule disebutkan kalau ketiga pihak juga setuju bahwa ketiganya sepakat menandatangani MOU karena ingin "guaranteeing its sustainability and development" alias menjamin keberlanjutan dan perkembangan sepakbola.
Dari preamble tersebut jelas disebutkan bahwa kegiatan PSSI tetap berjalan seperti biasa karena tidak mungkin PSSI tidak bekerja: menyiapkan pembinaan, mengatur kompetisi, membina wasit dan pelatih, mengirimkan Timnas dsb. Isi dari MOU pun, tidak ada tulisan yang mencabut wewenang ini. JC itu bukan dibentuk untuk menggantikan kekuasaan PSSI, tetapi "to evaluate the IPL and ISL in order to create one and only one top tier Indonesian football league as soon as possible" /mengevaluasi IPL dan ISL untuk memciptakan satu dan satu-satunya liga sepakbola teratas sesegera mungkin. Tugas yang lain adalah " to review the PSSI statute and associate matters” (melakukan KAJIAN tentang statuta PSSI dan masalah keorganisasian).
Nah. Argumentasi Pengprov, jauh dari semangat dan isi MOU PSSI-ISL-KPSI tersebut. Kalau PSSI membuat keputusan membekukan ISL, itu namanya menciptakan permusuhan. Ini kan mengelola turnamen yang diusulkan APKASI (kalau tak percaya bahwa ini 'ulah Djohar' seperti tuduhan beberapa teman yang sirik, ini kutipan langsung dari media "Ini pertama kali di Indonesia dan coba dijalankan APKASI. Karena itu, kami mendukung sepenuhnya rencana APKASI. Kami sangat berharap agar kegiatan sepak bola di daerah akan semakin berkembang," tutur Djohar kepada Bola.net usai penandatanganan MoU antara PSSI dengan APKASI di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/6)."
Kehadiran ketua KONI dalam penandatangan MOU PSSI-APKASI menunjukkan bahwa PSSI tetap memegang kuasa untuk menyelenggarakan turnamen resmi. Bukankah dengan turnamen ini, setiap pihak yang sekarang berseteru bisa saling berkoordinasi bersama para Bupati (ingat ada 30 bupati yang hadir dalam penandatangan MOU PSSI_APKASI tersebut mewakili 500 bupati yang ada) sehingga nanti bisa membantu tugas JC untuk menentukan siapa utusan pada kongres September mendatang.
Kegagalan upaya teman-teman regim lama yang berulangkali ternyata tidak menyurutkan niat mereka untuk legawa barang satu periode kepengurusan ini. Memang uang sudah begitu banyak dikeluarkan sehingga secuil roti-pun akan terus direngut. Gak peduli persatuan bangsa, gak peduli pembinaan, pokoknya rebut kembali kekuasaan yang sudah digenggam 8 tahun. PSSI terus bekerja, para antek rejim lama ini hanya terus ngecoki saja.