Terlebih lagi jika melihat buku ekonomi gaya barat yang jadi acuan beberapa lembaga pendidikan di Indonesia dan dari mulai pendidikan dasar kita telah dijadikan acuan, seolah olah kita dihadapkan pada pemahaman bahwa kita digiring dalam sebuah pemikiran untuk melakukan tindakan kita dan amal kita dengan tujuan mendapatkan timbal balik secara langsung siapa lagi kalau bukan teman/orang/subjek yang kita bantu. padahal hakikatnya manusia kan seharusnya memang saling bantu membantu bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (merasa teringatkan lagi saya sudah ngasih kemanfaatan apa ya buat orang lain??).
Menghilangkan Oportunis
Mungkin menurut saya banyak kejadian-kejadian yang melanda bangsa saya (yang kaya) akhir-akhir ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena adanya sikap oportunis ini. baik itu di lembaga -lembaga pemerintahan, masyarakat, atau bahkan kita, dan saya. Kenapa bisa? jawabannya adalah, bisa saja terjadi tatkala kita bertindak dan melakukan sesuatu itu cendrung karena mengharapkan sesuatu (timbal balik) dari subyek yang kita tolong. Â dan bisa jadi juga kita malah keseringan mengingat ingat kebaikan kita sehingga mengakumulasikan harapan timbal balik dari orang lain (padahal harusnya kita lupakan hasil kebaikan itu dan melakukan kebaikan lain, serta mengingat-ingat kebaikan orang agar unsur hati kita semakin peka kepada setiap orang).
Dari sini, sebenarnya sederhana sekali agar kita bisa bersama-sama untuk saling membantu dan menghilangkan rasa oportunis dalam diri kita, coba deh (termasuk saya pribadi) yuk kita sama-sama melatih hati kita dan perilaku kita untuk saling membantu dan menebarkan kebaikan kepada satu sama lain, apalagi kalau bukan dengan berusaha untuk beramal dengan cara "Ingat Kebaikannya, dan Lupakan Kebaikanku". semoga dengan cara ini, perlahan bangsa kita juga semakin menjadi bangsa yang optimis (harapan saya banget nih, gak perlu pesimis lah ya Indonesia toh kita bangsa yang kaya). Dan semestinya udah gak jaman lagi deh kita ngebahas permasalahan yang melahirkan pesimistis bangsa kita, bukan kah itu hanyalah masalah, masalah itu bukan untuk dibahas tapi untuk diselesaikan hehe. harusnya kita ngebahas visi bangsa kita dong dan bersama-sama mengikat kuat masyarakatnya untuk bersama-sama mewujudkannya). Bisa kan optimis, tatkala memang rakyatnya bersama-sama berbagi kebaikan hehe, jadi semakin "Baik" deh Indonesia hehe
Semoga tulisan ini juga jadi pengingat diri saya, yang kadang memang masih belum bisa mengingat-ingat kebaikan orang disekeliling saya :) #Mohon Maaf  yak buat teman-teman yang masih kadang saya lupakan kebaikannya