Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

I say: "The blogger is dead!"

13 November 2009   15:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 175 0
Berapa lama kiranya para blogger akan tetap mencintai kegiatan yang mereka lakukan? Kelihatannya mereka wasting time, money and life serta segala sesuatu yang mereka miliki hanya sekedar agar bisa menumpahkan pikiran mereka di kanvas maya. Who care?

Tidak banyak yang bisa dan mau menyempatkan diri untuk memahami apa saja yang menjadi pikiran mereka--para blogger. Apalagi pada jaman sekarang, terlalu banyak orang yang hanya peduli dengan pikirannya masing-masing. Buat apa lagi harus memikirkan olah pikir seseorang yang tidak jelas ditujukan kepada siapa? Apalagi blogger hanya memunculkan dirinya di dunia maya. Padahal, kalau mereka mau, komunikasi yang paling afdhol adalah ketika semua bisa kopi darat, berkumpul bersama membicarakan persoalan yang sama-sama menggelegak di dalam dada. Komunikasi antar manusia adalah ketika semua orang yang saling membutuhkan bisa saling beradu pikiran dan bisa menyelesaikan sedikit demi sedikit persoalan di antara sekian banyak pribadi yang masih bersifat manusiawi. Duduk ngobrol, santai dan saling mengutarakan isi hati sesungguhnya lebih bermakna.

The Blogger Is Dead adalah sebuah konteks pembicaran mengapa seorang blogger merasa perlu untuk menuliskan pemikirannya di mana saja. Blogger memilih jalan seperti ini karena merasa yakin dengan kebesaran Tuhan. Tentu saja jalan yang mereka tempuh bukan, sekali lagi bukan untuk bersikap putus asa. Blogger juga memiliki Tuhan yang Maha Mengetahui. Sangatlah pantang bagi seorang blogger mengambil jalan pintas dan berputus asa dari rahmat Allah. Ada kalanya, seorang blogger menuliskan pikiran di dunia maya karena rusaknya tata pergaulan manusia di dunia yang nyata. Mereka melihat terlalu banyak kemunafikan di dalam pergaulan manusia. Contoh yang sangat sederhana adalah dari tata cara pergaulan manusia rendahan yang hanya ingin menyenangkan orang yang menjadi atasan mereka. Suka atau tidak suka, meskipun sebenarnya semua orang terlahir hanya memiliki satu muka , setelah dewasa dan berpendidikan tinggi, kebanyakan manusia justru mencari muka di mana saja mereka suka. Muka yang tidak mungkin dibeli di pasar mana saja, oleh anak manusia, justru ditemukan di ketiak para pejabat dan atasan mereka. Cara seperti ini sangat tidak disukai oleh para blogger.

Marilah berkomunikasi secara jujur. Bagi para blogger, sungguh sangat memalukan apabila mereka tidak konsisten dengan pemkiran dan hati nuraninya. Apa gunanya memiliki akal pikiran yang sehat? Apalah artinya menjadi demenan para pejabat, namun hati nurani mereka sudah beku dan tidak bisa dimanfaatkan untuk menimbang baik buruknya setiap persoalan hidup yang mereka hadapi? Apakah selembar kenikmatan dengan menampangkan diri di hadapan penguasa merupakan kebanggaan yang harus ditebus dengan 1000 rasa malu dunia akhirat? Dalam konteks ini, The Blogger Is Dead.

Sekitar dua jam yang lalu saya sempat membandingkan peranan seorang blogger dengan peranan yang dimiliki oleh para ulama. Peringatan yang keras kepada para ulama terdapat di dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW: "Sejahat-jahatnya seorang ulama adalah ulama yang mendekati pintunya umara." Dalam kekinian, ulama adalah siapa saja yang beristiqamah dengan kebenaran ilmunya. Berpendidikan tinggi, namun hanya digunakan untuk menjadi orang upahan bagi penguasanya, yakni tidak berkemauan untuk menegakkan kebenaran yang sejalan dengan ilmunya akan mengundang petaka yang dahsyat. Penguasa yang tidak memahami kebenaran seharusnya ditunjuki ke arah jalan yang lurus. Blogger dan ulama yang baik berkemauan untuk membangun sekolah kebenaran, dengan menuliskan pemikiran mereka di atas lembaran-lembaran maya dan transparan. Blogger tidak berputus asa, meskipun hanya Allah yang mampu memahami pemikirannya. Cukuplah Allah sebagai pelindung para blogger.

Saripati bacaan malam ini: "Yang mengenal dirinya, Yang mengenal Tuhannya. Aforisme Sufitik" Karya Jalaluddin Rumi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun