Saya jadi ingat tentang seorang kawan yang selalu saja menolak untuk diangkat menjadi ketua organisasi atau direktur perusahaan. Ketika saya selidiki, ternyata ada suatu simpulan yang menarik. Tidak semua orang mampu menjadi seorang pemimpin diluar kapabilitasnya dia sebagai pemimpin dirinya sendiri. Jika untuk mengatur dirinya sendiri, mengendalikan dirinya sendiri masih sukar, maka dapat dipastikan dia akan sulit untuk mengatur sebuah pola yang sistematis dan terukur.
Seorang pemimpin memang dipilih namun sangat tidak relevan jika kita tidak paham betul siapa calonnya, bagaimana lingkungannya, berapa besar rasa tangguhnya menghadapi ujian yang akan terjadi. Seorang pemimpin tidak cukup pintar, namun juga harus penuh empati-simpati. Bukan sekedar dari kalangan praktisi maupun akedimisi namun yang memang dia mampu untuk mengatur dirinya sendiri.
Pemilu hanyalah sebuah sarana untuk memberikan dukungan moril kepada sang calon pemimpin dan harus mengetahui bagaimana watak-sifat-karakter calon pemimpin tersebut baik secara personal atau keseluruhan. Selama kita (Rakyat) tidak mengetahui bagaimana waktak-karakter-sifat-watak yang akan memimpinnya, maka hanya orang berpengaruh yang tertawa paling keras.