"Pohon menyerap sinar matahari melalui fotosintesis, membantu mengurangi dampak perubahan iklim," ujar Siham Afatta, Anggota Departemen Litbang, IPTEK, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII. Ia mengutip Paul J. Crutzen, kimiawan atmosferik, yang menyebut bahwa Bumi kini memasuki era Antroposen, di mana aktivitas manusia memengaruhi ekosistem secara global.
Menurut Siham, perubahan iklim diperparah oleh penambahan gas rumah kaca dari bahan bakar fosil, sampah plastik, dan limbah tak terkelola. Penebangan hutan dan alih fungsi lahan hijau turut memperburuk keadaan. Ia menekankan perlunya pelestarian lingkungan secara holistik, seperti reforestasi dengan perencanaan strategis dan regenerasi hutan yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi.
Sejak 2007, LDII telah meluncurkan program Go Green yang berhasil menanam empat juta pohon. Kini, LDII menggerakkan program Kampung Iklim (ProKlim) berbasis tapak, yaitu tingkat dusun atau RW, untuk memberdayakan masyarakat.
Menurut Atus Syahbudin, Anggota Departemen LISDAL, partisipasi masyarakat dalam ProKlim dapat ditingkatkan melalui edukasi dan ketokohan lokal. Contohnya adalah Kampung Pramuka Sangurejo yang digerakkan Gerakan Pramuka Sako Sekawan Persada Nusantara dan inisiatif ecoprint oleh ibu-ibu Sangurejo.
Selain itu, mekanisme dari atas juga diterapkan, seperti program Kyai Peduli Sampah di Yogyakarta dan Kelompok Sedekah Sampah Berbasis Masjid yang dijalankan Pemuda LDII. Beberapa hasilnya berupa Sedekah Sampah Pakai Air di Gunungkidul, Periksa Kesehatan Pakai Sampah di Bantul, dan Kurban Pakai Sampah di Sleman.
Program zero waste juga diterapkan di pondok pesantren naungan LDII, seperti Ponpes Gadingmangu di Jombang dan Ponpes Nurul Huda Natar di Lampung Selatan. "Para pimpinan pondok beserta santri mendukung ProKlim, dengan bimbingan dinas lingkungan hidup, akademisi, dan tokoh masyarakat," ujar Atus.
LDII berkomitmen melanjutkan upaya mitigasi perubahan iklim dengan program yang terintegrasi dan berkesinambungan.