Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Karya Baru Remy Sylado

28 Juli 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 603 2

Luasnya jangkauan pengetahuan sang penulis, ditopang kemahirannya meriset sumber-sumber sejarah, filsafat, antropologi, teologi, agama dan budaya, menjadikan buku ini sangat penting untuk dijadikan rujukan pengetahuan.

Sang Maestro berhasil menyuguhkan pengetahuan yang asing menjadi dekat, yang sulit menjadi mudah dan yang tadinya dianggap tak penting menjadi penting.Dengan menyadari setiap ayat dari isi buku ini, kita akan mendapatkan kekayaan spiritual berupa prinsip-prinsip hidup yang bersandar pada “ajaran kenabian”.

Itulah mengapa buku ini mesti kita baca, agar kita sebagai orang Indonesia memiliki pola-pikir yang maju sekaligus lebih beradab. Sangatpasdisebarluaskan sebagai“kado intelektual” untuk sahabat dan kerabat Anda.[Faiz Manshur-Editor Nuansa Cendekia]

Isi buku 123 Ayat tentang Seni:

123 AYAT SUSASTRA: Menyingkap tradisi literasi sepanjang sejarah umat manusia. Berbagai sumber literatur dunia dikumpulkan dan diteliti kemudian disortir secara baik sehingga berhasil menjadi karya ilmiah yang objektif. Memuat paradigma baru dariRemy Sylado tentang hubungan literasi dan spirit kenabian sebagai dua sisi mata-uang yang tak terpisahkan.

123 AYAT MUSIK: Menjabarkan dunia musik/nyanyi sebagai sains. Kemiskinan sumber pengetahuan musik di negeri ini menjadikan masyarakat pecinta musik -- tak terkecuali para musisi-- kekurangan sumber pengetahuan tentangnya. Bersama bagian ini, kita akan kita mendapatkan kekayaan pengetahuan musik secara tepat, ilmiah dan praktis.

123 AYAT SENIRUPA: Berisi pengetahuan seni-rupa dunia dari masa ke masa. Bagian ini memberikan dua pengetahuan utama, yaitu untuk memahami “apa itu seni-rupa” dan “bagaimana seharusnya kita memahaminya”. Dari sekian cara pandang baru, Remy Sylado memberikan kesaksian bahwa hasil kreasi seniman dunia bukan merupakan aset finansial semata, melainkan sebagai sumber kekayaan spiritual umat manusia.

123 AYAT DRAMA: Bisa jadi masyarakat Indonesia kurang akrab dengan bidang ini. Tetapi khasanah pengetahuan pada bagian drama ini bisa menjadi paradigma untuk melihat “panggung dramatik” dari kehidupan umat manusia dari masa ke masa. Selain itu, kita juga bisa menggunakan “123 Ayat Drama” sebagai cara menafsirkan aksi-aksi teaterikal di panggung hiburan masa kini.

123 AYAT FILM. Kelanjutan era modern dari panggung drama ialah film. Sebagai “panggung” modern teaterikal, film mendapat ulasan yang lebih detail. Selain berisi wacana pengetahuan film-film yang mendapat tempat dalam sejarah sinema, bagian ini juga memberikan pengetahuan detail perihal proses kreatif dan produksi industri perfilman dunia dan juga Indonesia.[]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun