SBY dan PKS merupakan duo pusaran ilmu politik Indonesia dalam satu dekade terakhir. Kacamata, teropong hingga telinga masyarakat kebanyakan, dari Pak Amat sampai Pengamat, seakan tak henti memonitor sikap dan perilaku kedua subjek. Apapun yang dilakukan SBY dan atau PKS, selalu membuat jagad politik dan area abu-abu itu bergemuruh dengan lalu lintas informasi, dari yang benar hingga tenar, dari prior ke minor, atau dari yang sah sampai semata fitnah. Dahulu kita sering menyaksikan tajuk seperti: SBY Lamban, SBY Lembek, SBY Penakut, SBY …., sekarang kita disuguhkan dgn topik SBY Presiden Demokrat, SBY Dikerumuni Sengkuni, termasuk yang paling anyar, SBY Bertemu Prabowo. Demikian halnya dengan PKS, partai masih seumur jagung dengan perolehan suara belum 2 digit, namun seolah negeri ini terus dihebohkan oleh terobosan dan kenyelenehannya berpolitik. Belum lagi jika kita membuat ragam fitnah, tuduhan dan humiliasi atas kader dan institusi PKS, terutama kasus mutakhir yakni konspirasi atas PKS via Luthfi Hasan Ishaaq, dengan tagline Suap Kuota Impor Daging. Bak sekali merengkuh dayung, 2, 3 target tercapai, dari pelemahan internal, pembunuhan karakter, hingga (tentu saja) kursi Menteri Pertanian.