Narasi setelah Pilkada membuncah ke langit publik. Kalau jagonya kalah, maka menggema teriakan "pemilu curang. namun, bila menang, diam membisu seribu bahasa. Puja puji mengalir kepada sang rakyat yang hanya menjadi obyek penderita, mendapat predikat dadakan "rakyat memang pintar, begitu juga sebaliknya, kalau aduannya kalah rakyat disebut bodoh atau miskin. Apakah ini sehat untuk demokrasi? Tak bisa kita menjawabnya, " namun teman saya berkomentar gamblang, " Jangan terlalu terpancing emosi oleh kata-kata politikus, mereka seringkali lebih pandai bermanuver daripada mewujudkan janji-janji."
KEMBALI KE ARTIKEL