Kebudayaan daerah Indramayu
Segerembolan orang yang megatasnamakan dirinya “Dayak Losarang” . Sebuah unsur kekayaan dan keunikan dari masyarakat Indramayu, tetapi banyak juga yang tidak sepemahaman (kontra).
Bahwasannya Dayak Losarang itu adalah segerombolan komunitas yang cara berkepribadiannya bertentangan dengan norma agama islam, karena dayak losarang itu bukan warisan asli leluhurnya (budaya).
Asal mulanya tedengar di penduduk Indramayu kurang lebih pada 10 tahun yang lalu. Mereka tinggal ditanah Indramayu dan menetap di desa Krimun kecamatan Losarang. Anggotanya sendiri sudah mencapai 400 jiwa dari suku jawa dari desa Krimun kecamatan Losarang itu sendiri.
Kegiatan mereka pada pagi hari yaitu berjemur atau dekenal dengan tradisi “pepe” sambil menikmati udara pagi dan terik matahari.Tradisi “pepe” atau berjemur yang merupakan salah satu ajaran dari Paheran Takmad Diningrat Gusti Alam atau Ki Takmad yang tak lain adalah pemimpin sekaligus pendiri kelompok Dayak Losarang.Suku Dayak Losarang juga memiliki ritual-ritual khas mereka sendiri, seperti berjemur diterik matahari atau pepe merupakan salah satu dari empat ritual yang biasa dilakukan sehari-hari, yaitu kungkum (berendam) yang dilakukan pada siang hari disaat sinar matahari sedang terik, berlangsung mulai jam 9 hingga tengah hari, kungkum berendam didalam air sampai sebatas leher. Melantunkan kidung serta pujian alam, dan Mender yaitu menceritakan pewayangan.
Suku dayak ini tidak menyantap telur atau makanan yang berasal dari hewan, mereka adalah vegetarian. Biasanya mata pencaharian suku dayak di losarang ini kebanyakan seorang petani atau buruh, untuk masalah teknologi mereka sudah dikatan modern karena para petaninya sudah mengguniakan tarktor untuk kebutuhan disawah. Tetapi dalam masalah ahal pendidikan mereka sangatlah kurang, bahkan mereka tidak mengenal pendidikan. Dan untuk hal umumnya suku Dayak Losarang tidak mengikat agama tetapi menganut kepercayaan animisme,tidak terkait dengan partai politik dan organisasi kemasyarakatan.
Walaupun nama dan penampilannya mirip dayak tetapi mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan suku dayak di Kalimantan. Dan budaya dari suku Daya Losarang ini termasuk dalam Asimilasi sruktural yaitu proses masuknya kebudayaan dari suatu kelompok etnik kedalam kebudayaan etnik lain melalui kelompok.