Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKN) di sekolah dasar sering kali dianggap kurang menarik bagi siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, terutama metode pembelajaran yang cenderung monoton, ketergantungan pada hafalan, serta materi yang terasa terlalu abstrak dan jauh dari kehidupan sehari-hari siswa. Metode pembelajaran yang masih berfokus pada ceramah dan hafalan, seperti menghafal definisi, fakta sejarah, atau rumusan nilai-nilai kewarganegaraan, membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik. Selain itu, banyak konsep yang diajarkan dalam PKN, seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan kewarganegaraan, bersifat abstrak dan sulit dipahami tanpa penerapan yang lebih praktis dan kontekstual. Misalnya, nilai-nilai seperti hak asasi manusia atau kebebasan berbicara terasa jauh dari pengalaman langsung siswa jika tidak dijelaskan melalui contoh konkret atau situasi yang mereka alami. Materi PKN yang bersifat teoritis dan normatif sering kali tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga mereka kesulitan untuk mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata. Tanpa adanya penerapan praktis, siswa cenderung hanya menghafal tanpa benar-benar memahami atau merasakan manfaatnya dalam kehidupan mereka.
KEMBALI KE ARTIKEL