Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Menjelajahi Keindahan Batam: Wisata, Kuliner, dan Kehidupan Kota Modern

29 Januari 2025   19:29 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:29 21 0
Liburan akhir semester kembali menyapa. Kali ini saya dan keluarga menghabiskan akhir tahun di Kota Batam, salah satu kota terbesar yang terletak di Kepulauan Riau. Perjalanan ke sana tidaklah dekat. Berjarak sekitar 1.134 km dari Kota Padang Panjang. Tapi sebelum itu, mari kita bahas sejarah singkat kota ini.

Batam dulunya dihuni oleh suku Melayu dan merupakan daerah yang memiliki peranan penting dalam perdagangan maritim di Selat Malaka. Ketika masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1824, Batam tidak banyak mendapat perhatian, dan lebih banyak menjadi bagian dari wilayah yang dikelola oleh Belanda melalui sistem perdagangan dan pelayaran.

Setelah Indonesia merdeka, Batam masih relatif kurang berkembang. Namun, pada tahun 1970-an, pemerintah Indonesia mulai melihat potensi Batam sebagai kawasan strategis di Selat Malaka. Batam mulai resmi ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone/FTZ) pada tahun 1978. Kebijakan ini menarik banyak investor, terutama dari Singapura, untuk mendirikan pabrik dan industri di Batam.

Batam sekarang berkembang pesat menjadi pusat industri, pariwisata, dan perdagangan. Kota ini menjadi salah satu wilayah yang paling maju secara ekonomi di Indonesia, dengan sektor utama seperti manufaktur, perdagangan internasional, dan pariwisata. Batam juga semakin dikenal sebagai tujuan wisata bagi warga negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Suasana Perjalanan Menuju Batam

Setelah berkemas pada pagi hari, siangnya kami berangkat dari Padang Panjang menuju BIM (Bandara Internasional Minangkabau). Suasana di dalam mobil terasa hangat dan menyenangkan. Jalanan berkelok-kelok dengan udara sejuk khas pegunungan hijau. Tak lupa sungai-sungai yang mengalir di bawah jembatan. Gunung Singgalang dan Marapi terlihat megah di kejauhan. Pemandangan ini menjadi latar belakang yang indah sepanjang perjalanan kami.

Sekitar 2 jam perjalanan, kami tiba di bandara. Suasana di bandara selalu dinamis dan penuh kesibukan. Suara pengumuman penerbangan terdengar berulang-ulang, mamandu penumpang ke gerbang keberangkatan.

Setelah check-in dan melewati proses keamanan, kami memasuki area tunggu. Suasana menjadi lebih santai dengan banyak penumpang duduk atau berjalan-jalan menunggu waktu keberangkatan. Beberapa penumpang ada yang sibuk dengan ponsel dan laptopnya, ada juga yang sibuk dengan buku bacaannya, seperti saya.

Ketika pesawat lepas landas, suasana di bandara berubah menjadi lebih tenang. Kami bisa melihat Kota Padang dan sekitarnya dari atas. Masjid Raya Padang dengan atapnya yang berbentuk gonjong, menyerupai tanduk kerbau, melambangkan tradisi dan budaya warga Minangkabau. Pegunungan Bukit Barisan yang menjulang tinggi terlihat lebih megah dari udara. Melewati hamparan laut biru yang luas, dihiasi kapal-kapal kecil dan pulau-pulau kecil yang tersebar. Di atas permukaan laut, kami dapat melihat matahari mulai tenggelam, pemandangan sunset yang sangat indah.

Begitu sampai di Kota Batam, kami disambut oleh kawasan bandara yang luas dan modern, Bandara Internasional Hang Nadim (BTH). Dikelilingi oleh hutan-hutan kecil dengan angin laut yang berhembus dan penampakkan gedung-gedung besar nan megah, membuat malam hari di sini sangat menyejukkan meski cuacanya sedikit panas.

Menikmati Keindahan Kota Batam

Setelah beristirahat semalaman dan membereskan barang di rumah sepupu, besoknya kami menikmati pagi di salah satu pantai terindah dan populer di Batam. Pantai Tanjung Pinggir yang berlokasi di daerah Sekupang.

Pantai ini terkenal karena pemandangannya yang indah. Dulu, pantai ini digunanakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pencarian ikan. Tradisi lokal dan berbagai macam kegiatan nelayan masih terus berkembang di daerah ini. Dari sini kami dapat melihat gedung-gedung tinggi Singapura dan kapal ferri yang berlalu lalang keluar dermaga. Kami menikmati sarapan pagi dengan ditemani pasir putih yang lembut, duduk di atas tikar menikmati angin laut dan ombak yang tenang.

Menjelang siang, setelah puas bermain pasir dan mengganti pakaian, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat wisata lainnya yang tak kalah terkenal, Jembatan Barelang.

Jembatan ini dibangun tahun 1992. Nama "Barelang" merupakan singkatang dari pulau yang terhubung melalui jembatan ini, yaitu Batam, Rempang, dan Galang. Terdiri dari enam jembatan yang memiliki desain dan struktur yang berbeda-beda. Jembatan Tengku Fisabilillah (Barelang 1) yang paling terkenal karena kemegahannya. Awalnya, jembatan ini dibangun untuk memudahkan transportasi logistik antar pulau. Tapi sekarang sudah banyak wisatawan yang berkunjung kemari hanya untuk sekedar mengambil foto karena pemandangannya yang indah, termasuk kami.

Makanan Khas Batam

Karena jarak yang lumayan jauh dari satu jembatan ke jembatan yang lain, kami hanya bisa mengunjungi tiga diantaranya. Kami putar balik dan mampir di salah satu warung seafood yang menyajikan makanan khas Batam, Gong-gong. Kerang laut yang hidup di perairan Kepulauan Riau, dimasak dengan cara direbus dan disajikan bersama saus pedas atau asam manis. Daging kerangnya diambil menggunakan tusuk gigi dari cangkangnya. Rasanya yang segar dan gurih, dimakan dengan nasi dan makanan seafood lain seperti udang tepung, cumi, kepiting dan lainnya, menjadi pelengkap hidangannya.

Menjelajahi Mall Batam

Beberapa hari mengelilingi Kota Batam, kami kemudian menghampiri satu-persatu mall yang ada di sana. Salah satu yang kami kunjungi adalah Grand Mall Batam, mall terbesar di kota ini.

Setibanya di gedung mall nan megah ini, kami langsung disambut dengan suasananya yang ramai dan meriah. Pintu masuknya dihiasi dengan dekorasi menarik. Hawa sejuk dari pendingin ruangan langsung menyambut ketika kami melangkah masuk. Lampu-lampu yang berkedip terang, suara musik yang berdentang, dan aroma makanan yang lezat membuat kami semakin bersemangat mengelilingi setiap deretan toko yang ada.

Rute pertama kami adalah toko buku Gramedia. Aroma khas buku baru langsung menyambut. Rak-rak buku yang tinggi dan tertata rapi memenuhi pandangan, masing-masing berisi berbagai macam bacaan, mulai dari novel fiksi, buku pelajaran, hingga komik dan majalah. Di sudut ruangan, ada beberapa orang yang duduk santai di kursi baca, juga terdapat berbagai macam perlengkapan sekolah dan kantor yang tertata rapi.

Puas memilih buku, kami memasuki toko pakaian. Berbagai model baju terbaru dipajang dengan rapi dengan warna-warna yang menggoda mata. Beberapa menekin berdiri menampilkan koleksi pakaian trendi. Musik latar yang lembut diputar, menciptakan suasana belanja yang nyaman. Di sudut tertentu, terdapat ruang ganti dengan cermin besar dan tirai atau pintu untuk privasi. Dekat kasir, ada rak kecil berisi barang-barang tambahan seperti kaos kaki, ikat pinggang, atau parfum yang sering menarik perhatian pembeli saat menunggu giliran pembayaran.

Kami kemudian membeli makanan di lantai dasar. Berbagai macam produk cemilan luar negeri berjajar, mulai dari cokelat, keripik, wafer, beberapa merek susu, dan lainnya. Sekitar tiga kantong belanjaan yang kami jadikan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Kehidupan Sehari-hari Penduduk Setempat

Beberapa hari tinggal di sini, kami mulai bisa mempelajari cara hidup penduduk setempat. Kehidupan penduduknya dipengaruhi oleh budaya Melayu, China, dan internasional karena kedekatannyaa dengan Singapura. Warga Batam cenderung menjalani kehidupan yang sibuk, terutama di kawasan pusat kota. Meskipun begitu, tradisi lokal tetap hidup, banyak yang masih mengunjungi masjid atau gereja, serta merayakan festival budaya Melayu dan Cina.

Pagi hari, aktivitas mereka dimulai dengan bekerja. Di waktu senggang, mereka menikmati kuliner lokal seperti gong-gong, atau berbelanja di mall yang selalu ramai. Pada sore harinya, banyak penduduk yang menghabiskan waktu di tepi pantai setelah pulang bekerja, berbincang dengan teman-teman, atau menikmati pemandangan matahari terbenam yang selalu indah.

Kembali Pulang

Setelah hampir dua minggu menikmati suasana Batam yang modern dan menghabiskan akhir tahun di sini, kami memutuskan kembali. Setelah check-in, kami menambah membeli beberapa oleh-oleh yang ada, sambil menunggu kedatangan pesawat yang akan kami naiki.

Saat pesawat lepas landas, Kota Batam dan pulau kecil lainnya mulai menghilang di kejauhan. Saya menatap hamparan luas laut dan awan putih.  Pesawat mulai memasuki wilayah Sumatera Barat. Kami disambut oleh pegunungan dan bukit-bukit hijau yang berbaris.

Perjalanan pulang terasa begitu cepat. Meskipun begitu, liburan kali ini adalah liburan yang paling berkesan bagi saya dan keluarga saya. Jalanan Kota Batam yang selalu ramai oleh kendaraan, kesibukan gedung-gedung besar, hamparan pantai, dan objek wisata lainnya yang tak kalah indah. Semoga tahun depan, kami bisa kembali berlibur ke sini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun