Entah bagaimana, aku masih terus dibayangi adegan tiga bocah perempuan membaca doa di atas makam milik ibu mereka, kukira. Di sampingnya, seorang ayah kumal dengan sandal jepit berbalut lumpur, dan dua laki-laki coklat berpeci. Mereka membaca doa pada sebuah makam bertuliskan nama seorang wanita yang meninggal beberapa hari lalu. Kalau kuingat sosok tiga bocah perempuan, kubayangkan bahwa ibu itu meninggal karena melahirkan adik terkecil mereka. Entahlah.