Bagaimana lagi kalau memang sudah nasib akan berjuang sendirian? Aku tidak bisa meletakkannya begitu saja karena ini memang tugasku, ini adalah tanggung jawab dan amanah yang harus aku tunaikan. Aku menghela nafas panjang sebelum memasuki ruang PD 3 di dekat area parkir. Aku masih ragu-ragu. Sedikit maju justru lebih banyak mundur. Aku maju lagi. Kemudian mundur lagi. Desisan AC mengusap pipiku lembut. Bukannya membuat aku nyaman, justru semakin membuatku beku, tidak berkutik, dan semakin menyiutkan nyaliku untuk memasuki ruangan yang lumayan besar itu. Hingga seseorang dari belakang sedikit mendorong punggungku dan cukup membuatku sempurna masuk ke ruangan itu. Aku menoleh kesamping kanan karena ia sekarang telah berpindah ke sampingku. Ia menyeringai sambil menatapku, tatapan menghina. Aku justru tersenyum semanis mungkin. Sangat berterimakasih ia telah berada disampingku sekarang menemaniku. Dia tetap menyeringai. Aku berjalan sedikit gentar sambil membawa tumpukan dokumen administrasi menuju kursi PD 3. Aku mengucapkan salam sambil memampangkan senyum sabitku terhadap PD 3. Ia menjawab salamku juga tersenyum.