Di dalam permusyawaratan perguruan indonesia yang diselenggarakan di solo, terjadi diskusi perdebatan mengenai kebuadayaan nasional yang di inginkan oleh negara yang akan di bentuk. Diskusi tersebut dikenal dengan polemik kebudayaan. Polemik kebudayaan tersebut telah melahirkna dua aliran besar yaitu yang pertama, kebudayaan nasional haruslah merupakan kebudayaan yang dinamis, dan tidak terikat warisan nenek moyang atau masa lalu. Kedua, yang diwakili oleh sanusi pane menawarkan mengenai pentingnya kebudayaan timur yang bertentangan dengan kebudyaan barat yang sifatnya intelektualistis, individualistisme an materialisme.