Matanya hitam, berkilau seperti cincau. Perawakannya besar dan gagah. Tubuhnya berselimut bulu berwarna coklat cerah. Wajahnya yang blo’on dan terlihat bodoh justru membuatnya tampak menggemaskan. Pembawaannya selalu riang dan sangat bersahabat. Melihat tabiatnya yang seringkali takut-takut mendekati lawan jenis, seringkali menjadikannya bahan olok-olok. Orang-orang mengatainya “banci.” Tapi tidak denganku. Aku tidak pernah menyebutnya banci. Bagiku ia adalah teman, sahabat sekaligus pahlawan penyelamatku.