Aku seorang guru mempunyai murid yang aneh, suka marah dengan cara mengamuk membanting-banting meja membuat teman- temannya biasanya menjerit-jerit.
Ini memang perilakunya yang aneh dan tidak terdapat dalam kebanyakan siswa. Aku sendiri melihat keadaan ini pertama-tama ya campur baur, antara kesal, sedih, jijik bagaimana... namun selanjutnya aku berfikir kalau semua itu adalah keadaan yang harus segera mendapatkan pertolongan.
Bagaimanapun, dia adalah anak bangsa yang harus ditolong keberadaannya sehingga nantinya akan bisa menyumbangkankan darma baktinya pada ibu pertiwinya.
Bila dia hanya berhenti pada mengamuk- mengamuk seperti itu maka sangat kasihan masa depannya.
Broken Home
Betul setelah aku banyak membaca referensi, memang ternyata anak itu memang broken home. Ayahnya tidak ada, ibunya masih muda bekerja sebagai administrasi di Rumah Sakit.
Analisa dan pengamatanku mengatakan bahwa inilah yang terjadi dalam keluarga muda. Masih banyak pengalaman yang harus mereka timba. Meskipun semua itu tidak disadari keluarga muda itu, bagi mereka menjalani kehidupan keluarganya itu sudah sesuatu stress sendiri yang mereka alami. Sehingga bila mereka mendapatkan masukan dari orang lain mereka akan tidak mau menerima. Apalagi bila masukan itu datangnya dari orang tua. Mereka sudah menutup diri bahwa orang tua itu lain dengan anak muda dengan era informasi yang canggih. Mereka mengira orang tua itu tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Padahal ada orang tua yang mengikuti perkembangan teknologi pula.
Hal ini pun kualami sebagai guru yang mempunyai murid bermasalah dan dengan orang tuanya yang tidak mau aku suruh mengkonsultasikan ke psikolog. Padahal anaknya jelas-jelas mempunyai perangai yang lain dari anak biasanya.
Entah apa yang menyebabkan demikian ini. Dia hanya menyerahkan semuanya pada sekolah saja.
Akhirnya sekarang aku yang jadi repot sendiri. Setiap hari aku harus mengantisipasi jangan sampai dia ngamuk,dan kalau sudah terjadi ngamuknya maka aku harus menenangkannya dengan tenaga yg ekstra.
Pihak sekolah ya tidak bisa berbuat banyak. Semua datangnya harus dari orang tuanya sendiri. padahal orang tua hanya cuek menyerahkan pada sekolah saja merasa bahwa itu kepentingan anaknya untuk masa depannya. Agar menjadi anak yang profesional.
Relawan Griya Khusus.
Aku yakin ada guru yang juga mengalami hal yang demikian ini. Aku bisa merasakan guru yang mempunyai murid demikian, yaitu siswanya lain dari anak yang lain namun orang tuanya tidak mau tahu hanya menyerahkan pada sekolah, tahunya menjadi baik saja. Kalau tidak baik, protes mengancam dengan dalih tertentu.
Saya betul-betul bisa merasakan hal itu. Bagaimana kalau guru mempunyai kesalahan kecil akan dituntut, namun bila orang tua yang segudang problematika hanya dimasukkan di sekolah saja.
Kurangnya kesadaran yang seperti inilah yang membuat guru menerima tekanan tersendiri dalam hari harinya. Dia sudah berbuat banyak sehari harinya mengatasi perilaku anak khusus itu, masih ditambah dengan tangggung jawab dia harus menguasai materi plus kalau dia ngamuk. Aduuh..
Seandainya saja saya usul, adakan beberapa Relawan di griya khusus untuk mengatasi bila guru mempunyai permasalahan seperti ini,sehingga bisa minta tolong kepada relawan yang di griya khusus ini. Guru-guru seperti aku tidak akan pernah lagi merada galau menghadapi permasalahan sseperti ini. dan anak bangsa juga terselamatkan dari permasalahan anak yang khusus dan bisa menggali kelebihannya di bidang yang menjadi keahlihannya dan bisa berkarya bagi negaranya.
Itulah yang saya usulkan untuk aksi Indonesia. Rumah khusus dengan relawannya itu pasti selain ngetop akan menjadi dewa penolong bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak dipikirkan oleh orang tuanya.
Dra Novi Saptina
Guru SD Muhammadiyah 1
Solo