Namun, sebuah cerita fantasi yang terselip pesan moral itu, kini telah menjilma bak tradisi adat istiadat si bunda untuk si kecil dalam menyambut ritual mimpi di malam hari.
Padahal, cerita fiksi yang menjadi dongeng pengantar tidur ini sebenernya tak hanya dibutuhkan si kecil, lho Bund.
"Lihat lah, anakmu yang sudah mulai tumbuh dewasa ini. Ia lebih sering tak bisa tidur di malam hari karena pikirannya sedang berkecamuk memikirkan banyak hal yang sebenarnya remeh ketika sudah dilewati dan terlihat pelik ketika belum terjadi," keluhku. Â
Tampaknya hal ini tak hanya terjadi pada anakmu yang satu ini saja bund, sejagat manusia yang sedang berada di fase Quarter Life Crisis pasti faham bagaimana isi kepala menjadi sangat bising di malam yang sunyi.
Sementara itu, Â insomnia dan overthingking auto hadir menjilma bak teman bermuka dua. Akunya sih menemani dan memahami, padahal dia cuma membuat tubuh semakin letih dan lesuh.
Eh, eh tapi bukan hanya kalian yang berada di Quarter Life Crisis saja tampaknya. Sepertinya para lansia yang tak bisa tidur gegara diselimuti nyeri sendi setiap malam menyapa atau ia yang sedang menghalu rindu bertemu buah hatinya yang berada di negeri nun jauh di sana juga butuh ditenangkan dengan sebuah dongeng jelang tidur.
Entah dengan cerita fiksi atau hanya basa basi, kedua jenis umat manusia ini tampaknya lebih memerlukan dongeng untuk mendamaikan tidur malamnya yang sering kali tak beraturan. Ya, bukan hanya si kecil, aku, kamu, kita, dia dan juga mereka yang resah dan lelah dengan dunia yang makin hari makin bercanda ini sangat memerlukan kedamaian malam untuk mengusir bising di kepala.