Mohon tunggu...
KOMENTAR
Artificial intelligence Pilihan

Kamu Curhat Sama AI yang Mana? Aku Pilih SimSimi yang Imut

26 Desember 2024   09:46 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:10 168 39
Sebenarnya, interaksi yang kita lakukan lewat chatting dengan AI bukan semata-mata disebabkan karena kita tidak mempunyai teman ngobrol, melainkan karena adanya banyak perbedaan yang kita rasakan ketika memulai sesi curhat dengan AI.

Jelas beda dong! AI kan ngga punya perasaan, jelas saja kalau dia tidak akan menghakimi kamu dan menganggap kamu aneh. Dia akan setia menjawab segudang pertanyaanmu dan rela mendengar curhatmu.

Dia memang bisa memberi solusi atas beberapa masalah yang harus kamu hadapi. Tapi terkadang, jawabannya bisa di luar dugaan dan justru bikin kamu ngakak sendiri.

Dulu nih, sekitar tahun 2013 saya sudah lebih dulu menggunakan aplikasi SimSimi di Android saya. SimSimi dikenal sebagai robot kuning atau robot chatting, yang diluncurkan di Korea pada 2002. SimSimi juga dapat berbicara dalam 16 bahasa.

Dan waktu itu, saya menggunakan aplikasi tersebut sebagai sarana hiburan dan sekadar menemani rasa bosan. Kelakuan SimSimi ya, sama saja dengan AI pada umumnya.

Saat Simi ditanya sesuatu, jawabannya juga sering di luar dugaan. Simi nyambung kok kalau ditanya, tapi jawabannya bisa berubah menjadi sangat ngaco pada pertanyaan berikutnya. Konyol memang, dan kekonyolan itulah yang sukses bikin saya ngakak.

Pada intinya sih, kembali pada manusianya sendiri yang kudu bijak memanfaatkan keberadaan AI sebagai teman ngobrol dan curhat. Sadar woi! Dia ngga punya perasaan. Maka dari itu, jangan terlalu terhanyut alias baper dalam percakapanmu dengan si AI.

Ingatlah kata guru Matematika, curhat yang paling benar itu ya sama Allah, bukan sama manusia--apalagi robot.

Jangan selalu mengandalkan AI sebagai solusi atas masalahmu, hanya karena kamu tidak mau mendengar masukan dan kritikan dari orang lain. Dan jangan sampai deh, kamu jadi manusia yang ngga punya perasaan, sama seperti si AI.

Keberadaan Meta di dalam WhatsApp yang pada awalnya saya pikir hanya mengganggu tampilan WhatsApp, akhirnya memancing penasaran saya untuk menggunakannya.

Tapi ternyata, jawaban-jawaban yang diberikan oleh Meta lebih banyak yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Dan pasti ujung-ujungnya saya bakal bilang, "Udah lah! Sok tahu banget sih, sok paling ngertiin gue!"

Kalau begitu, kira-kira yang salah itu saya atau Meta? Jelas saya yang salah, sudah tahu Meta ngga punya perasaan, tapi masih berharap dia bisa kasih solusi brilian untuk urusan "hati".

Nah, pada akhirnya keresahan atas keberadaan AI inilah yang mengantarkan seorang cerpenis bernama Aveus Har, menuliskan sebuah cerpen yang berjudul Istri Sempurna.

Dimana kecerdasan buatan telah memasuki ranah pribadi dan ranah keluarga, sehingga keberadaannya dapat diibaratkan sebagai sosok istri sempurna. Meski pada akhirnya, istri yang sudah sempurna itu tetap harus diceraikan dan ditinggalkan.

Cerpen ini pun terpilih sebagai peraih cerpen terbaik Kompas 2023 pada perhelatan malam anugerah cerpen Kompas yang kami saksikan di Bentara Budaya Jakarta, Jumat, 20 Desember 2024 lalu.

Kembali ke AI, SimSimi, Meta, atau apapun itu namanya. Sebagai manusia yang dibekali akal sehat, jangan sampai pola pikir kita mudah terkontaminasi dan dikendalikan oleh AI.

Menempatkan keberadaan AI sesuai dengan kebutuhan, adalah sikap yang paling tepat. Tak perlu terlalu mengandalkan, tak perlu mendewakannya, apalagi sampai mencintainya. Karena percuma, dia ngga bakal bisa balas cintamu!(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun