Semenjak kepulanganku melancong dari salah satu kota besar di Jawa Barat beberapa hari yang lalu, sepertinya aku sawan deh! Tunggu, bukan sawan karena badanku panas atau sawan yang dikaitkan dengan kejang, dan bukan juga sawan karena ketempelan jin.
Tapi rasanya, susunan sarafku terasa berantakan dan berserakan ke mana-mana. Dan rasanya cukup sulit untuk ku pungut satu-satu dan menyusunnya rapi kembali.
Aku merasa ini bukan diriku, bukan aku yang biasanya. Ada begitu banyak pertanyaan mengganjal dalam benakku. Sekaligus pertanyaan tentang kedua mataku, apakah keduanya masih normal?
Jika masih normal, aku justru berharap sakit mata. Mungkin ketika sakit mata, aku akan bersyukur karena untuk sementara aku tak bisa memandangi fotonya lagi. Wah, foto siapa ya..?!
Kayaknya aku sawan karena sempat nempel-nempel sama dia. Dan ini jadi pelajaran buatku, bahwa ketempelan itu ngga selalu makhluk halus, tapi sawan karena ketempelan makhluk Tuhan paling indah adalah sawan yang paling mengesalkan di dunia ini.
Aku tuh ngga suka cinlok, apalagi cinlok gara-gara satu hari doang, itu bukan aku banget! Parahnya lagi, dia itu sama sekali bukan tipeku. Tapi karismanya sukses bikin aku jadi brutal gini. Kelakuan mendadak kayak anak ABG. Apa-apaan sih ini, sumpah memuakkan banget rasanya!
Apa memang begini ya rasanya, kalau sudah lama menutup hati dan tiba-tiba hati itu terketuk dengan sendirinya? Aneh banget rasanya, lebay! Jangan percaya kalau ada yang bilang jatuh cinta itu indah! Bukannya berbunga-bunga, tapi ini kayak lagi minum es nutrisari rasa mangga dicampur sama oli gardan rasa jeruk nipis.
Kalau kata Gen-Z sih, "Rasanya ngga jelas gini, Njirr..!"
Ada sedikit rasa sesal karena sudah ikut melancong ke sana. Harusnya kemarin aku cukup di rumah saja, menikmati segentong cappucino panas dan gorengan hangat sambil memandangi hujan bareng kucing-kucingku.
Tapi tak ada gunanya menyesali, syukuri saja karena bisa membawa pulang oleh-oleh gratis. Aku tau kok, ngga mungkin juga bisa bawa dia pulang terus dikenalin ke nyokap, "Ini Mam, calon menantu."
Semoga lambat laun susunan saraf ini kembali normal seperti sedia kala. Seperti waktu itu, sebelum aku ikut pergi melancong dan bertemu dengannya.
Aku ngga tau tulisan ini termasuk diary atau apa. Tapi mungkin, bisa dikategorikan sebagai opini. Lebih tepatnya opini tentang bagaimana rasanya jatuh cinta kepada seseorang yang introvert.
Tapi, apa benar dia itu introvert? Atau dia memang ngga tertarik sama aku? Batas kewarasanku sudah hampir habis, tapi kayaknya.. dia biasa-biasa saja tuh!
Kalau sekarang dia baca tulisanku, aku cuma mau bilang, "Makasih banyak udah bikin gue sawan!"