Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Kompasiana: Tempat Terbaik Berlatih Menulis dan Menemukan Karakter Tulisan

13 Oktober 2024   18:25 Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:47 208 43
Belakangan ini saya cukup sering membaca kembali artikel-artikel yang saya tulis pada masa-masa awal saya menulis di Kompasiana. Jujur saja, terkadang saya geli sendiri dan menertawakan tulisan saya.

Sebab ketika dibaca saat ini, entah mengapa rasanya aneh dan bisa dibilang cukup kaku dalam hal penyampaiannya kepada pembaca.

Mengapa demikian? Pada saat itu saya berada dalam tahap awal belajar untuk dapat menulis artikel yang baik, dengan isi artikel yang saya harap dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Sehingga saya tampak sangat hati-hati dalam memilih setiap kata yang saya gunakan.

Saya ingin tulisan saya mudah dimengerti oleh siapapun pembacanya. Saya harap informasi yang saya sampaikan diterima oleh pembaca, sesuai dengan apa yang saya maksudkan. Jujur saja, itu tidak mudah.

Saya takut penerimaan orang lain salah, saya takut pemahaman pembaca tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

Pertama kali menulis di sini, saya memulainya dengan menulis cerbung dan cerpen. Tapi akhirnya, saya beranikan diri untuk mencoba menulis artikel. Dan pada saat itu, artikel-artikel yang menjadi rujukan atau gambaran untuk saya menulis adalah tulisan dari Bp. Irwan Rinaldi, Bp. Buyung Nurman dan Bp. Budi Susilo.

Karena saat itu beliau-beliau lah yang memang selalu meninggalkan jejak di awal-awal tulisan saya, sehingga saya balik berkunjung. Dan tentu saja, pada saat itu saya belum mengenal blog walking, sehingga saya belum banyak berinteraksi dengan kompasianers lainnya.

Hingga akhirnya saya lebih banyak meluangkan waktu untuk membaca artikel dari kompasianers lainnya, dan memberanikan diri untuk menyapa di kolom komentar.

Saya juga mulai rutin menulis setiap hari. Satu hari, satu tulisan. Bisa berupa artikel, cerpen ataupun puisi. Di tahap inilah saya berlatih menulis hari demi hari, hingga saya menemukan karakter tulisan saya yang sebenarnya. Karakter tulisan yang saya maksudkan di sini ialah sama dengan gaya bahasa.

Pengertian gaya bahasa adalah keseluruhan gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya ke dalam sebuah tulisan. Sedangkan karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Oleh karena gaya bahasa berkaitan dengan cara pengungkapan ide, dan ini berkaitan juga dengan sifat atau ciri khas masing-masing orang, maka saya lebih sering menyebutnya dengan karakter tulisan.

Setiap orang tentu memiliki karakter tulisannya masing-masing. Namun, tak jarang saat membaca tulisan seseorang, kita menemukan gaya bahasa yang mungkin hampir sama dengan karakter tulisan kita sendiri.

Nah, setelah beberapa kali menulis artikel dengan berbagai tema, saya kerap mempelajari tulisan saya sendiri. Tentu saya memposisikan diri sebagai pembaca atau orang lain.

Dari sanalah, saya mulai berani menggunakan kata ganti "aku" untuk menulis artikel yang isinya santai atau semacam diary. Karena bagi saya yang menulisnya, menggunakan kata "aku" terasa lebih rileks dan seolah sudah akrab dengan pembaca.

Sedangkan untuk menulis artikel yang bertema serius, seperti worklife dan opini lainnya, saya akan menggunakan kata ganti "saya". Pernah suatu ketika saya mencoba menggunakan kata "penulis" untuk mengganti kata "saya", tapi akhirnya saya hapus karena rasanya kok.. kaku banget sih..

Saya juga sering menyelipkan kata-kata atau kalimat tidak baku ke dalam artikel "serius" yang saya tulis. Ya kayak gini contohnya. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang cukup sulit saya hilangkan. Dari penggunaan kalimat tidak baku/ kalimat santai itulah saya berharap tulisan saya selalu enak dibaca, tidak kaku dan tidak membosankan.

Walaupun mungkin, ada saja pembaca yang menganggap saya "sok imut" karena menggunakan kata "aku". Atau mungkin ada yang menganggap saya "sok asik" karena menulis kalimat tidak baku. Hehehe, tidak masalah. Sebab memang beginilah adanya karakter tulisan saya.

Untuk menutup artikel ini, saya ucapkan terima kasih banyak untuk Kompasiana, soalnya waktu itu saya lupa bilang terima kasih saat menulis artikel bertema ulang tahun Kompasiana ke-16 tahun.

Saya adalah satu dari sekian banyak teman-teman yang beruntung mendapat kesempatan menulis di sini. Sekali lagi terima kasih Kompasiana, untuk setiap apresiasi yang diberikan pada tulisan saya. Dan tentunya, terima kasih untuk semua teman-teman kompasianers dan pembaca di manapun berada.(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun