Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Romansa Dua Generasi

7 Oktober 2024   21:33 Diperbarui: 7 Oktober 2024   22:44 175 37
Arman, seorang duda berusia lima puluh tahun yang merupakan seorang jurnalis, memiliki seorang anak bernama Rian. Suatu hari Arman pulang kerja dan menemukan Dila, sahabat Rian, sedang mengerjakan tugas di ruang tamu.

"Dil, kamu di sini? Rian ke mana?" tanya Arman sambil meletakkan tas kerjanya.

"Oh, Pak Arman! Rian pergi ke lapangan basket. Saya belajar untuk ujian minggu depan," jawab Dila tersenyum.

Arman senang melihat Dila. Gadis berusia dua puluh tahun itu selalu ceria dan penuh semangat. Ia sering datang ke rumah mereka, dan seiring berjalannya waktu, Arman mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa sayang seorang ayah untuk sahabat anaknya.

Suatu malam saat mereka berdua duduk di teras, mereka berbincang. "Pak Arman, kalau boleh tau, apa yang membuat Bapak jatuh cinta pada dunia jurnalisme?"

"Saya selalu tertarik untuk bercerita. Setiap orang punya kisah sendiri, dan saya ingin menyampaikannya."

"Wah, saya harap saya juga bisa seperti Bapak. Kalau saya bilang, saya merasa lebih dekat dengan Bapak dibanding dengan Rian, gimana?"

"Kalau itu.. itu gimana ya, Dil.."

Malam itu, Arman tidak bisa tidur. Pikiran tentang Dila terus menghantuinya. Ia menyadari bahwa ketertarikan itu semakin kuat dan tak bisa diabaikan. Keesokan harinya saat di depan Rian, Arman coba menjauhkan diri dari Dila.

Dila merasakan perubahan sikap Arman. Ia merasa kehilangan sosok yang selalu mendukungnya. Sampai suatu malam, Dila menemui Arman di taman dekat rumah. "Pak Arman, kenapa Bapak menjauh?"

"Dila, kita harus menjaga jarak. Ini ngga baik untuk kita berdua."

"Kenapa? Apa Bapak ngga suka sama saya?"

"Perasaan itu ada, Dil. Tapi kita harus realistis, apa usia kita pantas untuk itu?"

"Kadang cinta ngga peduli pada usia. Apa yang kita rasakan, itulah kenyataan."

Sejak saat itu, mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Terkadang, perasaan yang terlarang justru dapat membawa kebahagiaan yang mendalam.

Beberapa bulan telah berlalu, Rian mulai curiga melihat perubahan sikap Dila dan ayahnya, ia pun memutuskan untuk mengajak Dila berbincang di kafe. "Dil, akhir-akhir ini lo kelihatan beda, lebih tertutup dari biasanya."

Dila menunduk, memainkan sendok di dalam gelas kopinya. "Beda? Beda gimana, Yan?"

"Gue ngga tau pasti, tapi gue bisa ngerasa. Lo sering ke rumah, tapi sekarang kelihatannya lo dan bokap gue jadi lebih dekat. Ada sesuatu yang kalian tutupin?"

Dila merasakan jantungnya berdegup kencang. "Rian, gue ngga tau harus bilang apa. Gue ngga mau lo salah paham."

"Jadi memang ada yang disembunyiin? Apa lo dan bokap gue...?"

Dila mencoba menenangkan diri. "Rian, gue ngga pernah berniat untuk nyakitin lo atau siapapun. Tapi, gue merasa dekat sama Pak Arman. Mungkin lebih dari yang seharusnya. Gue tau ini salah, tapi gue ngga bisa bohong sama perasaan gue. Gue suka sama bokap lo, Yan."

Malam itu, saat Arman sedang membaca, Rian tiba-tiba masuk ke ruang tamu dengan ekspresi dingin. "Kita harus ngobrol, Pa! Ini soal Dila."

Arman terdiam sejenak, mencoba mengatur pikirannya. Ia tahu ini saat yang tak terelakkan. "Rian, dengar.. Papa ngga bermaksud menyakiti kamu. Hubungan antara Papa dan Dila, itu tumbuh tanpa kita sadari. Kami coba mencegah perasaan itu, tapi..."

"Apa Papa pernah berpikir tentang bagaimana perasaan aku?"

"Maafin Papa, Rian.  Tapi Papa juga ngga bisa membohongi diri sendiri."

Mendengar kata-kata itu, Rian pergi membanting pintu. Arman duduk terdiam, merasakan beban di dadanya semakin berat. Ia tahu bahwa apa yang telah terjadi tidak bisa diperbaiki begitu saja.

Keesokan harinya, dengan berat hati akhirnya Arman memutuskan hubungannya dengan Dila. Tentu hal itu cukup menyakitkan bagi gadis itu, namun ia tak dapat melakukan apapun lagi selain menerima keputusan itu.

Arman menatap langit yang mulai mendung, bertanya-tanya apakah ia telah membuat keputusan yang benar. Ia hanya berharap suatu hari, baik Rian maupun Dila akan memaafkannya, dan mereka bisa menemukan kedamaian dalam hati masing-masing.(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun