Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Gadis Pengendali Angin

22 September 2024   10:58 Diperbarui: 22 September 2024   11:02 177 33
Ada seorang gadis yang memiliki kekuatan angin, yang memungkinkannya untuk terbang tinggi di atas langit dan menciptakan badai lembut, Siera nama gadis itu.

Suatu hari, saat Siera sedang bermain di puncak gunung, dia bertemu Ruby, pemuda dengan kekuatan hujan. Ruby bisa memanggil hujan dan menciptakan pelangi. Hingga mereka pun berteman, berbagi impian dan harapan.

"Seandainya kita bisa terbang bersama, Siera," ucap Ruby, matanya berbinar penuh harapan.

"Dan seandainya kita bisa menciptakan dunia di mana angin dan hujan bersatu," jawab Siera.

Mereka mulai menghabiskan waktu bersama. Namun, perasaan Siera mulai tak tenang saat seorang gadis bernama Elisa muncul. Elisa adalah teman lama Ruby, yang juga memiliki kekuatan mengagumkan di mana dia bisa mengendalikan kilat.

Siera merasa cemburu, tetapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya. "Ruby, apa yang kau rasakan terhadap Elisa?"

"Aku hanya melihatnya sebagai teman. Kenapa kau bertanya begitu?"

"Karena... aku merasa dia begitu dekat denganmu."

"Siera, kau adalah yang terpenting bagiku."

Sementara itu, Elisa mulai mendekati Ruby. Dia cerdas dan karismatik, serta tidak segan-segan menunjukkan keinginannya. "Ruby, kita bisa melakukan hal-hal hebat bersama," ucapnya sambil tersenyum penuh daya tarik.

Siera merasa terasing dan mencoba menjauh. Dia mulai menjelajahi hutan dan terbang lebih tinggi, mencari cara untuk mengatasi perasaannya. Namun, setiap kali dia melihat Ruby dan Elisa bersama, hatinya terasa semakin berat.

Suatu sore, saat hujan mulai turun, Siera memutuskan untuk berbicara dengan Ruby. "Aku ingin kau tau, aku mencintaimu, Ruby." jujurnya dengan mata berkaca-kaca.

"Siera, aku....."

Sebelum Ruby menyelesaikan kalimatnya, Elisa muncul. "Ruby! Ada yang ingin ku bicarakan!"

Siera merasa kesal sekaligus sedih. "Aku akan pergi," seraya mulai terbang tinggi membiarkan angin membawa air matanya.

Di atas awan, Siera merenungkan semuanya. Dalam keheningan, dia merasakan kehadiran angin yang lembut, seolah mengingatkannya untuk tidak menyerah.

Beberapa hari kemudian, Siera mengajak Ruby berbicara lagi. Mereka bertemu di tepi danau di mana pelangi sering muncul setelah hujan.

"Aku tau. Apa ini tentang kita dan Elisa?"

"Sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadapnya?"

"Elisa adalah temanku, aku tidak merasakan apapun lebih dari itu," jawab Ruby menatap mata Siera.

"Aku ingin tau, apa kau mencintaiku?"

"Ya, aku mencintaimu, Siera. Namun aku tidak tau bagaimana harus menghadapi Elisa. Aku tak ingin menyakiti hati siapapun."

Mereka pun menemui Elisa, Siera berbicara dengan tegas. "Elisa, Ruby dan aku saling mencintai. Bisakah kau mengerti hal itu?"

Elisa tersenyum, "Aku hanya ingin melihat Ruby bahagia. Jika kalian bersatu, aku tidak akan menghalangi."

"Terima kasih," jawab Siera sedikit lega.

Namun, beberapa hari kemudian keadaan menjadi rumit. Elisa mulai menggunakan kekuatannya untuk menarik perhatian Ruby, menciptakan badai petir yang mengagumkan.

Siera duduk di puncak gunung, memandangi langit berbintang. Angin lembut berbisik di telinganya, seolah menghiburnya.

Di bawah sana, Ruby dan Elisa sedang berbincang. Siera mengamati mereka hingga tanpa disadari, Siera melupakan kekuatannya. Dia tidak bisa mengendalikan angin yang tiba-tiba berhembus kencang, menciptakan badai di sekitarnya.

"Ruby! Siera harus kembali!" teriak Elisa saat melihat cuaca berubah.

Ruby terbang ke arah badai. "Siera! Kembali!"

Siera, terjebak dalam kemarahan angin. Namun, dia dapat melihat Ruby berjuang melawan angin.

"Siera, tolong! Kembalilah!" teriak Ruby.

Badai semakin besar, dan dalam kebingungan Siera terjatuh dengan keras ke tanah. Saat dia terjatuh, kekuatannya mengakibatkan angin kencang yang menimbulkan kilatan petir.

Elisa membantu Ruby mengangkat Siera. "Kita harus membawanya ke tabib desa," ucap Elisa.

Namun, saat mereka berusaha membawanya, Siera merasakan kekuatannya berkurang. "Aku merasakan... sesuatu yang aneh," ucap Siera lemah.

"Jangan bicara seperti itu, Siera! Kita akan membawamu ke tabib desa."

Siera memandang Ruby, air matanya jatuh. "Ruby, jika aku tidak bisa bertahan..."

"Jangan bicara seperti itu!"

Ketika mereka sampai di rumah tabib desa, Siera sudah sangat lemah. "Kekuatanmu terhubung dengan angin. Jika kau tidak bisa mengendalikannya, itu bisa berbahaya," jelas sang tabib.

Siera merasakan hidupnya perlahan-lahan memudar. "Ruby... jika aku pergi, ingatlah bahwa aku mencintaimu."

"Jangan pergi, Siera. Kita bisa melalui ini bersama."

"Jaga dirimu dan.. jaga Elisa!"

"Siera, jangan tinggalkan aku!" teriak Ruby seolah dunianya runtuh.

Elisa menatap sedih. "Ruby, kita harus menerima kenyataan ini."

Di tengah kesedihan, Siera menghembuskan napas terakhirnya. Angin berhembus lembut, seolah mengucapkan selamat tinggal.

Ruby dan Elisa berlutut, merasakan kehilangan yang tak terhingga. Di bawah langit mendung, mereka merasakan kehampaan yang tak terungkapkan dengan kata.(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun