"Lagi mikirin apa, Del?" tanya Arfan, sahabatnya yang tetiba muncul dan duduk di depannya.
Dela tersenyum tipis, "Ngga ada, cuma capek aja."
Arfan menghela nafas, ia tahu bahwa sebenarnya tak hanya sekadar lelah yang kini bersembunyi di balik wajah sahabatnya. "Lo masih mikirin Rangga kan?"
Lantas Dela tak dapat menyembunyikan perasaannya lagi. "Iya Fan, gue masih cinta sama dia, walaupun gue tau itu salah."
Namun tanpa diduga, dari arah pintu kedai itu Rangga dan tunangannya, Sinta, melangkah masuk diiringi tawa. Tawa mereka yang hanya menambah kepedihan hati Dela.
"Del, lo harus bisa ngerelain dia.." ucap Arfan lembut, mencoba menguatkan sahabatnya.
Dela menatap Rangga dengan pandangan penuh kerinduan. "Gue ngga tau gimana caranya Fan. Sekian lama gue nunggu dia, berharap dia suka sama gue."
"Tapi sekarang lo harus bisa menghadapi kenyataan. Mereka bakalan nikah, Del. Dan lo ngga bisa terus begini."
Tak sengaja Rangga menoleh ke arah mereka, dan kemudian melambaikan tangannya. "Hei Del, Fan! Ayo gabung sini.." ucapnya diiringi senyum lebar.
Arfan tampak ragu menjawab, tapi Dela justru memutuskan untuk menghadapinya. Gadis itu memaksakan senyumnya dan mengangguk, membuat Arfan cukup terkejut. Dela beranjak meninggalkan kursinya dan diikuti oleh Arfan.
Mereka pun mulai berbincang tentang banyak hal. Tapi di balik semua itu, hati Dela semakin hancur oleh setiap kata yang keluar dari mulut Rangga. Dela berusaha tersenyum meski hatinya terasa seperti diperas. Lelaki itu membicarakan rencana pernikahan mereka dengan penuh semangat, sementara Dela hanya mendengarkannya diiringi senyuman palsu.
"Gue duluan ya!" ucap Dela tiba-tiba. "Sorry, lain kali kita kumpul lagi."
Membuat Rangga terkejut, "Kenapa buru-buru, Del? Kita jarang lho bisa kumpul bareng."
Tapi Dela sudah tak sanggup menahan air matanya lebih lama lagi. "Maaf Ga, gue harus jalan sekarang."
Arfan pun mengikuti Dela yang tampak terburu-buru meninggalkan kedai. Di luar sana hujan masih deras, seolah menggambarkan perasaan Dela yang porak-poranda.
"Del, tunggu!" Arfan memanggil, mencoba mengejar sahabatnya. "Jangan gini Del.."
Dela menghentikan langkah di depan sebuah toko yang sudah tutup, air matanya bercampur dengan tetesan hujan di wajahnya. Sekejap Arfan menariknya mundur agar mereka dapat bicara di bawah kanopi toko.