Yang lebih parah, gaslighting dapat berdampak lebih serius pada kondisi kesehatan fisik dan mental korbannya hingga rentan mengalami depresi.
Konsep gaslighting berasal dari sebuah drama tahun 1930-an, yaitu film bertajuk "Gas Light" di mana seorang suami memanipulasi istrinya agar meragukan ingatannya dengan mengubah intensitas lampu gas mereka. Dan seiring waktu, istilah ini semakin populer pada tahun 2010-an.
Tujuan seseorang melakukan gaslighting adalah untuk membuat korbannya merasa bersalah, kemudian pelaku mendapat kekuasaan atas korbannya. Pelaku gaslighting juga memiliki tujuan untuk menjebak kita dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship.
Bentuk manipulasi psikologis ini dapat terjadi dalam hubungan bersama pasangan, dalam lingkup keluarga, serta dalam lingkungan pekerjaan. Namun dalam artikel ini, gaslighting yang akan kita bahas ialah gaslighting yang kerap terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
Bagaimana tidak, jika dalam ruang lingkup keluarga saja gaslighting dapat terjadi, maka kemungkinan lebih besar untuk gaslighting terjadi dalam lingkungan pekerjaan, yang sudah pasti di dalamnya terdapat orang-orang dengan berbagai macam sifat dan karakter.
Agar tidak menjadi korban gaslighting dalam dunia kerja, penting bagi kita untuk memahami seperti apa bentuk atau ciri gaslighting itu sendiri. Namun, bukan berarti sedikit-sedikit kita harus berprasangka buruk setiap kali mendengar komentar dari atasan atau rekan kerja lainnya perihal kinerja atau output pekerjaan kita. Hanya saja, kita harus cukup berwaspada dan cepat tanggap sehingga mudah untuk menyadarinya.
Perilaku gaslighting memang tidak hanya dapat dilakukan oleh orang yang lebih kuat peranannya, dalam hal ini atasan di kantor. Tak menutup kemungkinan perilaku manipulasi psikologis ini juga dapat dilakukan oleh sesama karyawan yang selevel dengan kita.
Maka, bentuk atau ciri seseorang terindikasi melakukan gaslighting pada Anda di antaranya :