Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen: Menyamar Jadi Lansia

27 April 2024   14:44 Diperbarui: 27 April 2024   15:03 205 37

Pagi datang lagi, Rizka telah melepas kepergian anak semata wayangnya pergi ke sekolah. Janda berusia 45 tahun itu kembali duduk di depan laptopnya, berniat melanjutkan pekerjaan freelance yang ditekuninya belakangan ini.

Di sela waktu, Rizka masih mencari pekerjaan yang pasti. Pasti jam kerjanya, pasti pendapatannya dan yang pasti harus bisa membuatnya tidak merepotkan kakak-kakaknya lagi. Sebab pendapatan dari pekerjaan freelancenya yang tidak pasti, kerap membuatnya terpaksa sering meminjam uang kepada kakaknya.

Setiap kali Rizka membaca iklan lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya, sayang sekali lagi-lagi usia menjadi batu sandungannya. Meski berpengalaman, tapi hampir semua perusahaan mematok usia maksimal 30 tahun untuk menerima karyawan baru.

Sampai akhirnya hari ini Rizka menemukan iklan lowongan pekerjaan yang berbeda dari biasanya. Informasi yang sangat menarik, tertulis dalam situs tersebut bahwa PT. TEU BOGA DUWIT membuka lowongan untuk para lansia 60 tahun ke atas sebagai server untuk beberapa cabang restoran mereka.

Rizka melongo, ia mulai putar otak. Kalau untuk berubah jadi lebih muda, rasanya tidak mungkin karena pergerakannya sudah tidak sesigap dulu. Ia juga kerap dilanda sakit pinggang. Tapi kalau menyamar jadi lansia, sepertinya boleh dicoba.

Wanita itu buru-buru mengetuk pintu tetangganya yang berprofesi sebagai make up artist yang handal. Setelah mengutarakan maksud hatinya, secara cuma-cuma si tetangganya itu bersedia merubah tampilannya menjadi jauh lebih tua agar Rizka dapat mencoba peruntungan di PT. Teu BOGA Duwit.

Dua hari berselang, Rizka telah tampil dengan wajah ala eyang putri. Ia pun sudah nekat memalsukan semua dokumennya, ia merubah informasi yang memuat tanggal di tiap dokumen. Rizka telah siap melangkah dalam walk in interview hari ini.

Lucunya, sampai di sana Rizka diinterview oleh teman SMA-nya. Lelaki bernama Rizal itu agak curiga, karena wanita di hadapannya ini tampak sedikit familiar. Namun Rizal tetap menerima Rizka untuk bekerja di salah satu cabang restoran mereka.

Hari demi hari berlalu, Rizka juga sudah pintar merubah tampilan wajahnya sendiri. Ia tak ingin merepotkan tetangganya setiap hari. Satu bulan gaji yang diterimanya kemarin ternyata cukup besar, ditambah lagi ia sering menerima tip dari pelanggan. Rizka semakin semangat bekerja meski terkadang ia tak tenang, dibayangi oleh dokumennya yang dipalsukan.

Setelah menerima gaji di bulan ke tiga, Rizal tetiba memanggil dirinya ke kantor.

"Bu Rizka, sehat Bu?" senyumnya saat Rizka telah duduk menghadapnya.

Rizka terkekeh, "Sehat Pak. Mohon maaf ada apa ya Bapak panggil saya ke sini?"

"Kamu Rizka teman SMA saya?"

Wanita itu melotot kaget, buru-buru ia menyatukan kedua tangannya seolah memohon ampun pada Rizal seraya memelankan suaranya, "Aduh, maaf Rizal... Maaf, aku ngga bermaksud nipu. Aku benar-benar butuh pekerjaan ini."

"Hahaha, tenang Riz! Aku bisa ngerti kok. Aku juga minta maaf ya, diam-diam aku udah ngikutin kamu selama ini. Aku salut lihat perjuangan kamu buat anak kamu. Aku juga ngga akan bocorin soal dokumen yang kamu palsukan."

"Kamu ngikutin aku? Tapi, kamu serius kan ngga akan bocorin rahasiaku?"

"Iya Rizka, aku serius. Tapi kamu harus tau Riz, aku udah jatuh cinta sama kamu. Kalau kamu mau nerima lamaran aku, kamu ngga perlu kerja lagi. Aku akan bertanggung jawab untuk kamu dan Kirana. Aku harap, kamu mau mempertimbangkannya ya, Riz.."

Hari masih akan terus berlanjut, apakah Rizka akan menerima Rizal menjadi ayah sambung bagi Kirana? Entahlah, semoga saja seisi alam semesta merestuinya.(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun