Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Dikejar Bola Mas Damar

24 April 2024   14:26 Diperbarui: 24 April 2024   14:28 288 32
Laras namanya, si manis berambut panjang yang masih kelas 2 SMA. Dia sekolah di Percik alias Perguruan Cikini, sekolah mentereng tempat anak-anak borju.

Di antara teman-temannya, Laras lah yang paling miskin. Tapi dirinya terkenal belagu. "Sudah miskin, belagu pula" begitu kata teman-temannya.

Tapi teman-temannya maklum, karena Laras memang punya otak cerdas. Bahkan lebih cerdas dibanding teman-temannya yang borjuis itu. Lagi pula, sebenarnya Laras sadar bahwa dirinya tergolong siswi tidak mampu. Kalau bukan karena dekat dari rumah, ia juga tidak mau bersekolah di sini.

"Biarpun miskin ngga ada salahnya gue belagu, biar ngga gampang ditindas." pikirnya.

Berkat kecerdasan dan kebaikan hatinya, maka Tuhan memudahkan jalannya untuk berhasil meraih beasiswa hingga lulus SMA.

Hari ini sudah masa class meeting, Laras dan teman-teman sekelasnya sedang duduk di tribun penonton. Mereka menyaksikan pertandingan futsal antara tim kelas mereka melawan tim kakak kelas.

Laras bersedekap dada, dengan tampang sinisnya ia terus memandang ke arah Damar di tengah sana. Bersamaan dengan riuh suara para siswi yang menggemakan nama Damar di seantero lapangan indoor itu.

"Dih, sok ganteng banget sih! Baru bisa maen bola aja belagu banget. Nih cewek-cewek ngapain sih, pada jagoin dia?! Makin gede kepala aja tuh orang!" ujar Laras dalam benaknya.

Pertandingan usai, dimenangkan oleh tim kakak kelas dimana Damar lah yang paling banyak mencetak gol. Laras dengan wajah eneknya, ngeloyor saja hendak menuju ke kantin.

"WATI...!!! Woy, Wati....!!!" Damar berlari mengejar gadis impiannya dan berhenti di depan gadis itu. "Gue menang! Gue bisa ngalahin cowok-cowok sekelas lo."

"Bodo amat! Eh, satu lagi ya... nama gue Laras!"

"Laraswati, nama yang cantik. Sama kayak orangnya. Hahaha. Lo udah janji mau jawab pertanyaan gue hari ini."

"Pertanyaan yang mana ya, soal gue mau atau ngga jadi cewek lo?"

Damar mengangguk riang. Di tengah lalu lalang siswa-siswi di dekat pintu arena, keduanya masih berdiri saling berhadapan.

"Jawab dulu tebakan gue! Kalau dalam hitungan ke-10 lo ngga bisa jawab, gue ngga mau jadi cewek lo. Gimana? Oke ngga?"

Remaja lelaki berkostum futsal itu menghela nafas, dengan terpaksa dia menyetujui syarat itu. "Oke! Apa tebakannya?"

"Hahaha! Siapa nama pemain bola yang beratnya 20 kilo? Gue mulai hitung sampai 10 ya... 1... 2... - 10. Udah! Waktunya habis, lo ngga bisa jawab. Bye!"

"Eh, tunggu dulu!" sembari menarik lengan Laras yang sudah mau ngeloyor pergi. "Emang siapa jawabannya?"

"Bambang TabungGas. Hahaha... Udah ya mas Damar, jangan ngejar-ngejar gue lagi! Gue males sama lo."

Bukannya kesal Damar malah tertawa mendengar ucapan Laras, seiring dengan kedua matanya yang menatap kepergian gadisnya. Gadis itu benar-benar mengesalkan sekaligus menggemaskan.

"Lihat aja nanti, gue bakal kejar sampai ke ujung dunia. Hahaha.. I love you Wati..!" (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun